Tausiah Dhuha, Mbah Bolong: Agar Ibadah Tidak Rugi

Suasana tausiah Dhuha di Musala Pondok Pesantren Falahul Muhibbin, Desa Watugaluh, Kecamatan Diwek, Jombang. (Anggraini). 
  • Whatsapp

DIWEK, KabarJombang.com- Tausiah Dhuha adalah salah satu program kegiatan yang dilakukan setiap bulan puasa Ramadan oleh Kiai kondang asal Kabupaten Jombang, KH Nur Hadi atau yang dikenal sebagai Mbah Bolong.

Dalam tausiahnya Mbah Bolong menyampaikan beberapa hal. Di antaranya agar dalam menjalankan ibadah tidak rugi dan dapat mengambil manfaat dari ibadah yang dilakukan.

Baca Juga

Dijelaskan Mbah Bolong, seperti halnya saat bulan Ramadan ini. Agar segala ibadah yang dilakukan tidak rugi maka ada empat faktor yang harus ditumbuhkan dalam setiap pribadi manusia.

“Faktor empat hal itu yakni niat, ilmu, sabar, dan ikhlas. Mau melakukan apapun itu ya faktornya empat hal itu,” ujar Mbah Bolong saat menyampaikan tausiyahnya di Musala Ponpes Falahul Muhibbin, di depan ibu-ibu kampung Desa Watugaluh, Kecamatan Diwek, Jombang, Kamis (15/4/2021).

Di bulan Ramadan ini, Mbah Bolong menyarankan agar tiap-tiap manusia khususnya warga Kabupaten Jombang untuk memperbanyak wirit syahadat dan istigfar.

“Barang siapa yang membaca wiritan sahadad dan istighfar ya itu yang dicintai Allah hari ini,” katanya.

Dalam tausiyahnya itu juga, Mbah Bolong menyampaikan agar niat puasa Ramadan dilakukan saat malam hari, sebelum menjelang subuh. Dan barang siapa yang berpuasa Ramadan dengan iman serta ikhlas karena Allah maka segala dosa-dosanya yang lampau akan diampuni  Allah SWT.

“Seseorang akan merugi dalam ibadahnya ketika niat yang dilakukan tidak dibarengi dengan keikhlasan. Karena banyak orang berpuasa tidak mendapat pahala apa-apa dari Kuasa-Nya. Kecuali pahala lapar dan dahaga. Karena niatnya tidak sama dengan syarat nomor empat yaitu ikhlas,” paparnya.

Niat seseorang bukan dinilai dari ucapan dari mulutnya tetapi dinilai dari hatinya. Oleh karena itu, untuk niat puasa Ramadan jangan diniatkan melalui mulut tetapi dari hati.

“Jika ada orang yang lupa tidak berniat puasa Ramadan di malam hari dan baru mengingatnya di siang hari maka puasanya tidak sah. Karena niat itu dilakukan dimalam hari, dimana niatnya? Di dalam hati karena Allah Ta’ala,” paparnya.

Dikatakan Mbah Bolong, agar amal yang diberikan Allah atas ibadah yang dilakukan tidak rugi, seperti puasa, salat, dan ibadah-ibadah lainnya. Maka menata hati jauh lebih penting dibandingkan dengan menata lahir dan batin.

“Kemudian orang beribadah agar bisa menuai hasilnya itu juga perlu didasari ilmu. Seperti, saat sedang berpuasa tetapi ada orang yang mandi dengan kramas dan tidak sengaja air masuk ke telinganya maka puasanya batal. Jadi, kalau mandi itu hati-hati dan ini namanya ibadah yang harus didasari dengan ilmu,” tandasnya.

Terakhir Mbah Bolong menyampaikan jika ibadah juga harus didasari dengan rasa sabar. Meskipun banyak cobaan dan kekurangan masih menerima apa yang diberikan Allah SWT.

 

 

 

 

 

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait