Perayaan Imlek Identik Dengan Hujan, Berikut Penjelasannya

Kegiatan pembersihan dan pemandian jelang Imlek 2572 di Klenteng Hong San Kiong Gudo, Kabupaten Jombang, Sabtu (6/2/2021). (Foto: Dokumen KJ ) .
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Imlek identik dengan turunnya hujan. Bahkan setiap tahun kebanyakan masyarakat mengingat Imlek mesti hujan seharian. Sehingga membuat banyak orang bertanya-tanya.

Imlek merupakan perayaan sebagai wujud rasa syukur etnis Tionghoa. Selain bersyukur atas kehidupan, keselamatan, dan rejeki. Juga bersyukur atas datangnya musim semi, karena panen yang begitu melimpah.

Baca Juga

Dalam perayaannya selalu dibarengi dengan turunnya hujan baik intensitas sedang bahkan lebat. Hal ini seolah olah hujan ingin merasakan kegembiraan masyarakat Tiongkok. Hingga pada akhirnya terbentuk semacam kepercayaan bahwa hujan tanda keberuntungan.

Berangkat dari situ, kepercayaan masyarakat Tiongkok menyebar luas ke Indonesia. Sehingga masyarakat Indonesia hafal akan hujan di perayaan Imlek. Hingga akhirnya dikaitkan hujan selalu turun di Tahun Baru Imlek.

Dikutip suarakalbar.id Para ahli Fengshui juga menuturkan hujan merupakan simbol keberuntungan bagi kehidupan masyarakat Tionghoa. Berkah turun dari langit karena Dewi Kwam Im sedang menyiram bunga Mei Hua.

Intensitas curah hujan pun dijadikan tolak ukur keberuntungan seseorang. Semakin deras curah hujan, semakin banyak rezeki yang akan didapat, begitu pula sebaliknya.

Terlepas dari semuanya, mitos soal hujan saat Imlek membawa keberuntungan tergantung pada sudut pandang masing-masing orang.

Dalam segi penjelasan ilmiah mengapa tahun baru Imlek, berdasar Kalender China sebagai dasar perhitungan tanggal jatuhnya Tahun Baru Imlek berbeda dengan kalender Masehi maupun Hijriah.

Sebab perhitungan kalender China berdasarkan fase bulan memutari bumi dengan bumi memutari matahari (lunisolar). Tahun Baru Imlek biasanya jatuh pada akhir Januari atau awal Februari.

Bulan Januari hingga Februari memang merupakan puncak dari musim hujan di wilayah Indonesia bagian selatan Khatulistiwa. Hal ini berdasarkan penjelasan BMKG.

Bahkan secara klimatologis, pada pertengahan bulan Januari sampai pertengahan bulan Februari adalah periode curah hujan tinggi juga intensif. Maka wajar jika hujan akan terjadi setiap hari sepanjang periode tersebut.

Meskipun perayaan Imlek selalu identik dengan hujan dan angin kencang. Hal tersebut tidak lantas membuat warga Tionghoa merasa terhambat atau terganggu untuk merayakan Imlek. Justru dengan turun hujan, mereka merasa diberkahi.

 

 

 

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait