Meski Gila Hasrat Libido Tetap Bisa Tinggi, Ini Kata Psikolog Jombang

Ilustrasi. (Ft: Istimewa).
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com- Setiap orang memiliki hasrat libido tak terkecuali bagi mereka yang memiliki gangguan kejiwaan atau orang gila. Hal itu ditegaskan Dosen Psikolog Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang, Denok Wigati.

Dielaskan, bahwa libido merupakan insting mempertahankan keturunan yang berbentuk libido seksual. Libido seksual adalah suatu energi dari manifestasi insting untuk memiliki anak, yang akan berubah menjadi gairah seksual.

Baca Juga

Dan gairah seksual tersebut akan dimanifestasikan dalam prilaku seksual, yang bisa mengubah libido menjadi gairah seksual yaitu hormon seksual.

“Kalau seseorang masih memproduksi hormon seksual, pasti gairah seksualnya ada dan pasti libidonya akan berubah menjadi hasrat seksual. Dan libido ini akan tetap ada meskipun rasa ataupun mental jiwa seseorang mengalami gangguan,” kata Denok kepada KabarJombang.com, Jumat (13/11/2020).

Lebih lanjut Bu Denok, sapaan akrab Denok Wigati, hormon seksual itu akan berkurang dan menghilang saat usia seseorang menginjak diatas 40 tahun. Hal tersebut berlaku pada siapapun baik bagi orang normal maupun orang gila.

Dalam komponen kejiwaan ada tiga yakni kognasi atau pikir, afeksi atau perasaan, konasi atau dorongan. Salah satu komponen tersebut yakni konasi atau dorongan, memiliki sifat instingtif yang secara kodrat ada sejak lahir. Salah satunya libido seksual itu sendiri yang merupakan insting untuk mempertahankan keturunan.

“Nah libido seksual ini saat masih usia anak-anak atau belum baligh atau puber itu sifatnya laten. Ya energi itu diam aja didalam diri kita Namun ketika ada hormon seksual yang mulai diproduksi saat puber. Maka hormon itu memicu libido yang laten ini berubah menjadi gairah seksual,” jelasnya.

Lebih lanjut Bu Denok menjelaskan, dari komponen konasi tersebut diantaranya ada sifat kodrat atau instingtif, dan konasi yang terbentuk dari hasil pengaruh lingkungan. Seperti anak-anak yang sudah bisa berinteraksi dengan lingkungan sosial, motivasi, minat.

Ditegaskan, orang yang mengalami gangguan jiwa itu karena dari ketiga komponen tersebut terganggu.

“Pernah ada kasus di Jawa Tengah, dari cerita dosen saya waktu itu. Ada gelandangan tapi sudah psikotis, yang dua-duanya ada perubahan mental di pasar. Nah hasrat mereka kan masih ada, melakukan hubungan seksual, jadi ya ruame gitu digledak-gledak pasar yang sudah sepi dan saat merasakan enaknya itu mereka berteriak enak dan ndak malu,” bebernya.

Kenapa bisa melakukan hal tersebut? Lanjut Bu Denok. Dalam teori psikologis ada yang mengatakan bahwa disetiap konasi yang sifatnya instingtif, yang merupakan pemberian Sang Maha Kuasa selalu ada pengetahuan insting tanpa harus belajar. Pengetahuan yang mengeskpresikan dorongan tersebut.

“Meskipun kita tidak pernah belajar dan menerima tentang pendidikan seksual. Ketika hasrat seksual itu muncul pasti bisa melakukan. Karena dalam diri kita sudah ada pengetahuan instingtif,”jelasnya.

Dicontohkan Bu Denok, seperti halnya orang gila yang di jalan-jalan ada yang hamil. Seorang perempuan itu secara biologis saat mau menjelang menstruasi libidonya naik yang dipicu oleh hormon ekstrogen sehingga menjadi gairah seksual.

“Ketika muncul gairah seksual tersebut maka ada prilaku estrus atau gewenit itu, yang kalau malam-malam goda-goda lawan jenisnya akhirnya terpancing, kan ya terus jadi. Dan dia ndak malu, kayak cincing-cincing gitu,” paparnya.

Bagaimana dengan nasib anak orang gila yang hidup sebatang kara? Bu Denok mengatakan, bahwa jika ada kasus yang seperti itu biasanya Dinas Sosial yang akan bergerak dan membawa ke rumah sakit, yang kemudian anaknya dititipkan ke Panti Asuhan.

Anak yang dilahirkan dari orang gila tidak akan menjadi sama gilanya. Karena anak akan mengalami gangguan jiwa disebabkan prilaku yang meniru atau mereka hidup dengan orang gila atau mendapat tekanan-tekanan yang tidak wajar.

“Kenapa orang-orang gila itu mempunyai riwayat orangtuanya gila? Ya karena itu tadi dia hidup dengan orang gila. Jadi jika ada anak yang lahir dari seorang psikosis atau orang gila sebaiknya dipisahkan,” katanya.

Ia juga mengatakan, bahwa libido tidak bisa diobati atau dicegah. Begitupun dengan terapi hormon, kecuali jika hormon itu berkurang maka bisa ditambah.

Namun, jika hormon tersebut sudah ada kemudian diambil itu tidak bisa. Satu-satunya cara dengan melakukan penjagaan dan pengawasan yang ketat, baik dari pihak keluarga ataupun rumah sakit jiwa.

Begitupun tingkat kesembuhan orang sakit jiwa yang tidak bisa ditentukan waktunya. Sebab tergantung dari tingkat keparahan pasien. Gejala pertama orang gila yakni adanya halusinasi yang mengindra sesuatu padahal tidak ada stimulus. Waham yang merupakan suatu keyakinan atau pendapat yang tidak wajar dan tidak bisa diintervensi oleh orang lain.

“Waham ini harus dihilangkan agar psikoterapi bisa masuk dengan melalui terapi obat. Dan yang memberi obat harus psikiater, jika wahamnya sudah hilang baru psikoterapi masuk, sembuh. Namun semakin banyak wahamnya maka proses sembuh atau pengobatannya juga akan semakin lama atau sulit,” tandasnya.

Bu Denok menambahkan, ada enam insting konasi yang sudah dibekali oleh Yang Maha Kuasa. Diantaranya adalah insting konasi atau dorongan untuk memelihara anak, insting ingin tau, insting pamer, insting untuk meniru, insting mempertahankan hidup, dan libido seksual.

 

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait