JOMBANG, KabarJombang.com – Menjelang Lebaran Idul Fitri, tradisi menukar uang baru dengan pecahan kecil selalu menjadi daya tarik bagi kebanyakan orang. Banyaknya orang yang membuka lapak penukaran uang di pinggir-pinggir jalan menjadi pemandangan rutin setiap tahun menjelang lebaran.
Tak terkecuali di Kabupaten Jombang, pemandangan tersebut bisa dijumpai di sepanjang Jl Gus Dur, Jl A. Yani, Jl KH. Wahid Hasyim, serta sebagian di Jalan-jalan arteri/perkotaan lainya. Para pemilik jasa sudah menjajakan pecahan-pecahan uang baru sejak pagi dan penukaran berlangsung hingga sore hari, bahkan sampai malam hari.
Menurut Manurung, pria asli Medan yang merupakan salah satu penyedia jasa tukar uang baru di Jalan Ahmad Yani, Jombang mengatakan, dirinya sudah bertahun-tahun ketika menjelang Idul Fitri membuka jasa penukaran uang baru tersebut.
Ia mengaku dalam menjalankan jasa penukaran uang tersebut ada bosnya dirinya hanya orang lapangan saja. Ia akan mendapat imbalan dari ongkos penukaran tersebut. Jadi tidak sepenuhnya keuntungan masuk ke kantongnya pribadi.
Setiap menukarkan uang pecahan Rp 2.000 an, Rp 5.000 an dan Rp 10.000 an, sebagai jasanya harus membayar sebesar Rp 13.000, per Rp100.000 nya atau 13 persen dari nominal tukarnya.
Sedangkan berbeda dengan uang pecahan Rp20.000 bayar jasanya sebesar Rp10.000 per Rp100.000 nya atau 10 persen dari nominal tukarnya.
“Jadi penukaranya tetap sesuai nominal nanti ditambah dengan biaya jasanya tersebut,” jelasnya.
Ia mencontohkan, misalkan tukar uang pecahan Rp 5.000 an sejumlah Rp 100.000 maka dapatnya tetap uang pecahan Rp 5.000 an sebanyak 20 lembar ditambah dengan ongkos tukarnya sebesar Rp13.000. Jadi total yang harus dibayar Rp113.000.