Berkarya untuk Bumi, Kartini Masa Kini dari Jombang Produksi Popok dan Pembalut Kain Ramah Lingkungan

Foto : Dewi Ratna Sari, kartini masa kini dari Sumobito, Jombang yang sukses bangun usaha ramah lingkungan dan berdayakan ibu-ibu sekitar. (Istimewa)
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Hari Kartini menjadi momentum refleksi atas peran perempuan dalam membawa perubahan. Di tengah hiruk-pikuk modernisasi dan tantangan lingkungan, sosok Dewi Ratna Sari (37), warga Tenggor, Madiopuro, Sumobito, Jombang, menjadi contoh nyata bahwa perempuan bisa berkarya bukan hanya untuk keluarga, tapi juga untuk bumi.

Berawal dari kebutuhan pribadi saat melahirkan anak pertamanya pada tahun 2014, Ratna mulai mempertanyakan dampak limbah popok sekali pakai terhadap lingkungan. “Sampah pospak dan pembalut itu bisa butuh ratusan tahun untuk terurai. Saya tidak tega menambah beban bumi,” ujarnya.

Baca Juga

Ratna tidak hanya berhenti di keresahan. Ia menggali informasi tentang cloth diaper (Clodi) dan pembalut kain (menstrual pad) yang bisa dicuci ulang. Namun, harga produk ramah lingkungan saat itu masih terbilang mahal. Hal inilah yang mendorongnya belajar menjahit sendiri, bermodal bahan dari komunitas daring dan tekad untuk berinovasi.
“Awalnya saya buat untuk anak sendiri, tapi dari sisa-sisa kain, saya mulai berjualan. Ternyata banyak yang tertarik,” katanya saat diwawancarai pada Senin (21/4/2025).

Kini, lewat usaha bernama Hastaningrat, Ratna memproduksi popok kain, pembalut kain, dan bahan ramah lingkungan lainnya. Usahanya tidak hanya mengurangi limbah domestik, tapi juga membuka lapangan kerja. “97% karyawan kami adalah perempuan. Mereka ikut bertumbuh, belajar, dan menjadi bagian dari solusi untuk lingkungan,” ucap Lulusan S1 Teknik Informatika dari Universitas Muhammadiyah Malang tersebut.

Menurut Ratna, usaha ini bukan semata bisnis, melainkan bentuk kontribusi kecil untuk bumi. Produk kain yang bisa digunakan berulang kali terbukti mengurangi sampah dan lebih hemat air serta detergen. Ia juga mendorong penggunaan sabun alami untuk mencuci, agar lebih bersahabat dengan lingkungan.

Namun, ia tak menutup mata terhadap tantangan. Generasi muda yang terbiasa dengan hal-hal praktis kerap enggan mencuci popok atau pembalut kain. “Edukasi harus terus dilakukan, baik online maupun offline. Kami juga kolaborasi dengan pegiat lingkungan untuk menumbuhkan kesadaran,” jelasnya.

Bagi Ratna, menjadi perempuan berdaya tidak harus meninggalkan peran sebagai ibu dan istri. “Multitasking adalah anugerah perempuan. Kalau bisa dimanfaatkan untuk belajar dan berkarya, maka value kita akan naik, begitu pula rezeki,” katanya.

Di momen Hari Kartini ini, ia mengajak perempuan Indonesia untuk tak ragu berkarya dari mana pun berada. “Kartini dulu memperjuangkan pendidikan, kita melanjutkannya lewat karya dan inovasi. Sekecil apapun langkah kita, bisa berdampak besar bagi bumi dan masa depan,” tutupnya.

 

Berita Terkait