GUDO, KabarJombang.com – Sedikit menjorok di pinggir jalan, tepatnya di Desa Pucangro, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang terdapat bangunan tua yang sudah tak terpakai dan usang. Bangunan tersebut adalah bekas stasiun kereta uap peninggalan zaman kolonial Belanda.
Puing-puing bangunan yang masih tersisa sebagai saksi bisu adanya kereta uap yakni berupa bangunan tandon serta sumur untuk mengisi air ke kereta api uap.
Menurut kesaksian seorang warga bernama Kamari, bangunan stasiun berada di sisi kanan namun saat ini sudah lenyap, hanya saja yang masih tersisa berupa tandon air. Tandon air tersebut dijelaskan untuk mengisi air dalam kereta uap.
“Saya masih meraskan zaman kereta uap itu, sekitar tahun 1965 sampai 1967 ketika saya kelas 5 SD. Tandon itu, nanti dipompa airnya secara manual kemudian air dimasukan ke kereta ketika datang,” ungkapnya pada KabarJombang.com, Minggu (17/1/2021).
Kereta api uap, dikatakan pria berusia 64 tahun itu menggunakan bahan bakar berupa kayu untuk merebus air dengan menghasilkan tekanan uap untuk menggerakkan roda kereta.
Stasiun tersebut dahulu bernama Stasiun Pulorejo, namun secara batas wilayah saat ini, lahan tersebut masuk wilayah Dusun/Desa Pucangro, Kecamatan Gudo.
Sedangkan jalur kereta uap tersebut mulai dari Jombang (Stasiun Jombang saat ini) ke Pare hingga sampai di Kabupaten Kediri.
“Jalur kereta mungkin masih bisa ditemukan dari Stasiun Besar Jombang, Jomplangan menyerong ke kanan sampai arah cukir hingga sampai kesini,” tutur pria kelahiran 1957.
Sekitar tahun 1970 kereta uap kata Kamari sudah tidak beroperasi lagi. “Saya ketika kecil pernah naik, pagi jam 4 jalan dari kampung ke stasiun ini ke Jombang dan ke Pare,” tuturnya.
Uniknya kereta uap menurutnya memiliki tempat duduk sedikit terbuka dan tidak tertutup seperti saat ini. Ketika masinis memasukan kayu, api kayu atau asap keluar dan mengenai baju penumpang bolong-bolong.
Sementara Kepala Desa Pucangro, Karen, membenarkan jika di Desanya terdapat lahan milik PT. Kereta Api (Persero) yang dahulu terdapat stasiun kereta peninggalan zaman Belanda.
“Iya katanya dulu itu stasiun peninggalan zaman belanda. Yang saya ketahui itu sekarang dipakai perkebunan, tapi untuk jejak relnya kayak masih ada,” jelasnya.
Saat ini bekas stasiun kereta uap digunakan masyarakat untuk bercocok tanam dan dijadikan perkebunan.
“Untuk namanya stasiunnya saya tidak tau, sekarang dibuat bercocok tanam warga,” pungkas Karen.