JOMBANG, KabarJombang.com – Perahu ‘Getek’ di Jombang yang masih terus eksis meski moda transportasi era sekarang sudah semakin canggih.
Era perkembangan zaman yang semakin maju ini, banyak masyarakat yang rata-rata menggunakan beberapa contoh trasnportasi seperti diatas.
Tak terkecuali masyarakat Kabupaten Jombang. Beragam kendaraan menjadi pilihan utama masyarakat untuk melakukan aktivitas.
Paling lumrah yaitu sepeda motor, mobil. Namun, jika melihat jauh ke pelosok desa, masih ada satu moda transportasi yang terus eksis. Yakni Perahu Getek.
Di pelosok Kabupaten Jombang, Perahu Getek masih menjadi magnet tersendiri bagi sebagian masyarakat, entah dalam mencari rezeki, atau jadi alat transportasi bagi konsumen pengguna jasa.
Di Desa Kedungdimongo, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, ada perahu Getek yang masih terus beroperasi. Cara kerjanya sederhana, hanya mengarungi sungai dengan jalur satu sisi saja.
Menyebrangkan masyarakat jadi tujuan utama. Perahu yang melintasi Sungai Brantas, masih terus berlayar mengantarkan masyarakat beserta kendaraannya ke tujuan.
Saepul (54) salah satu pemilik perahu Getek menyebut, perahunya setiap hari berlayar tanpa hari libur. Bersama satu rekannya, jasa perahunya tak pernah sepi.
Perahu yang terbuat dari kayu miliknya itu bisa menampung lebih dari 10 sepeda motor bahkan mobil roda empat. Setiap hari ia terus melakukan pekerjaannya, sebagai nahkoda perahu Getek.
Perahu Getek itu sederhana, tidak ada alat canggih nan mutakhir disana. Di atas kapal kayunya itu ada genset sebagai mesin utama yang menghidupkan kapal.
Hanya dengan menarik genset dengan tali yang diikatkan, mesin menyala dan menjalankan perahu untuk mengantarkan masyarakat ke tempat tujuan.
Juga tersedia, bensin dan tali tambang sebagai pengikat untuk memarkir badan kapal di bahu sungai juga tersedia didalam kapal.
“Waktu tempuhnya sebentar saja, cuma 40 menit. Tidak sampai satu jam,” ucapnya, Jumat (16/6/2023).
Biasanya, setiap ada orang yang ingin menyebrang, tujuannya selalu sama. Entah dari Kabupaten Nganjuk ke Jombang maupun sebaliknya, hanya dua jalur itu saja.
Perahunya mulai beroperasi setiap pukul 11 siang sampai dengan jam 2 pagi. Kadang, juga hanya sampai sore atau malam, tergantung situasi.
“Kadang juga jaganya gantian sama satu teman yang setiap hari juga ikut kerja disini,” ungkapnya.
Saman mengaku, sudah menjalani profesinya selama lebih dari 10 tahun. Dari profesi itulah ia bisa menghidupi keluarganya.
Selama menjalani profesinya, ia sama sekali tidak mengeluh. Hanya bersyukur atas apa yang didapatkan. Meskipun, dalam bekerja pasti ada situasi genting yang dihadapi.
Untuk langkah antispasi, di perahu sudah disediakan pelampung dan pengaman. Hal itu juga bagian dari keselamatan pengendara jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
“Kalau musim hujan, biasanya debit air sungai kan naik dan tinggi. Aliran sungai juga pasti deras. Jadi agak hati-hati kalau masuk musim hujan,” tukasnya.
Ia menuturkan, dalam satu hari, terkadang perahunya bisa mengangkut lebih dari 40 sepeda motor. Harga yang dipatok untuk satu sepeda motor pun murah, hanya Rp 5 sampai Rp 10 ribu untuk kendaraan roda empat.
Meskipun kecil, ia mengaku tetap bahagia menjalani profesinya sebagai nahkoda perahu Getek. Selain itu, ada perasaan lain juga yang ia rasakan ketika dapat mengantarkan masyarakat ke tempat tujuan.