KESAMBEN, KabarJombang.com- Penjual lepet tradisional menggunakan tampah (tempayan) di zaman modern saat ini tidak banyak ditemui. Kebanyakan penjual lepet sekarang menggunakan rombong atau kendaraan untuk menjajakannya.
Namun berbeda dengan yang dilakukan Sumiati yang biasa dipanggil Mbah Sumi, nenek renta berusia 80 tahun ini. Mbah Sumi sudah berjualan lepet selama 12 tahun lamanya. Mbah Sumi adalah warga Dusun Jombatan 3, Desa Jombatan, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang.
Dengan usianya yang sudah udzur ini, Mbah Sumi tak kenal lelah untuk terus membanting tulang berjualan lepet demi memenuhi kebutuhan hidupnya bersama anak cucunya. Kerutan di wajahnya pun seakan sebagai saksi perjuangannya hingga bisa bertahan sampai saat ini.
Dalam menjual lepetnya ini pun Mbah Sumi tetap bertahan, tak tergerus arus zaman modern. Yakni dengan mengandalkan lembaran daun pisang, kertas, sebagai bungkusnya yang ditusuk biting (tusuk dari bambu).
Nampak beberapa macam varian pelengkap lepet yang tertata di tampah bulat miliknya yang ditutupnya dengan plastik bening. Seperti, klanting, ijo-ijo, lupis, dan lepet.
Disamping itu terdapat juga beberapa botol gula merah manis yang sudah dicairkan sekaligus parutan kelapa sebagai bumbu pelengkapnya.
“Iya, saya buat sendiri semua. Ini tadi buatnya tiga kilogram. Saya jualan lepet ini setiap hari, tidak pernah libur,” ungkap Mbah Sumiati saat ditemui di lapaknya, pertigaan Dusun Jombatan 3, Sabtu (5/6/2021).
Untuk meladeni penjual, Mbah Sumi terlihat bersemangat, sabar, dan lincah. Satu persatu varian seperti lepet, lupis, ijo-ijo, dan klanting ia susun dalam potongan kertas berwarna kuning yang sudah ia siapkan dengan potongan daun pisang. Kemudian ditaburi parutan kelapa serta gula merah cair untuk pemanisnya dan dibungkus.
Mbah Sumi berjualan lepet ini setiap pukul 06.00 WIB hingga lepetnya habis maksimal sekitar pukul 10.00 WIB. Sebagai lapak dagangannya adalah kursi bambu panjang di pinggir jalan, tepatnya di pertigaan Dusun Jombatan 3.
“Saya jualnya per bungkus Rp 2 ribu. Tapi saya ini nglayani saja belinya berapa. Terkadang juga ada yang beli Rp 5 ribu, Rp 10 ribu jadi 3 bungkus juga,” katanya.
Penjualan lepet Mbah Sumi ini pun setiap harinya laku keras diburu para penikmat lepet. Apalagi saat musim liburan dan tanggal merah, tak sampai pukul 10.00 WIB lepet Mbah Sumi habis.