Keluhkan Penutupan Jalan KH Wahid Hasyim Jombang, PKL Hanya Pasrah

Mak Lah dan gerobak yang dipakai menjajakan dagangannya. (Foto: DianaKN)
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Pasrah dan menerima rejeki sedapat-dapatnya, begitulah ungkapan pedagang kaki lima (PKL), akibat dari kebijakan penutupan jalan KH Wahid Hasyim Jombang, setiap jam 20.00 WIB sampai 04.00 WIB.

Salah satunya, Lailatul (47) warga Jalan Ronggolawe, Kecamatan/ Kabupaten Jombang yang berdagang di Jalan KH Wahid Hasyim atau depan toko suku cadang motor. Dia membuka dagangannya dengan gerobak mulai dari pukul 14.00 sampai pukul 23.00 WIB, memanfaatkan halaman depan toko yang sudah tutup. Aktivitas berdagang di lokasi tersebut, sudah dia lakukan puluhan tahun, atau sejak 1994.

Baca Juga

Sejak pandemi, Mak Lah -sapaan Lailatul mengaku penghasilannya merosot cukup drastis. Alih-alih pendapatannya meningkat saat agak dilonggarkannya physical distancing yang ditandai dengan adanya sektor berlabet “Tangguh”, dagangannya malah sepi. Pasalnya, ada kebijakan penutupan di sepanjang jalan KH Wahid Hasyim.

“Jualan sepi, itu gorengan jam segini (18.00 WIB) masih banyak. Biasanya saya juga jualan nasi. Gara-gara sepi, ya hanya gorengan sama mi instan dan minuman aja yang saya jual,” ungkapnya pada KabarJombang, Jumat (21/8/2020) petang.

Meski sepi lantaran jalan ditutup, Mak Lah masih tetap sabar dan bertahan menunggui dagangannya sampai jam 23.00 WIB. Meski udara malam tak baik bagi kesehatan perempuan paruh baya yang hanya tinggal bersama anaknya ini.

“Ngga ada yang beli, sepi ya nggak apa-apa, ditungguin aja. Kadang hanya ngandalkan ojek online yang masih mangkal. Soalnya juga kita butuh makan. Pernah sih nggak payu (laku), tapi harus gimana lagi. Yang penting saya sudah berusaha,” sambung Mak Lah

Dirinya mengaku, pengahasilannya turun hingga 50 persen selama pandemi Covid-19. Turunnya penghasilan, ketika kebijakan penutupan jalan diberlakukan. Sejak itu, Mak Lah mengaku dagangannya dikurangi.

“Ya dikurangi, takut kalau nggak laku, nanti tambah rugi. Meskipun dapat berapa yang penting bisa buat makan. Tapi mau sampai kapan jalan ini ditutup,” ujarnya.

Dia juga mengaku heran dengan penutupan jalan KH Wahid Hasyim. Malah dia menilai kebijakan tersebut terlaku mengada-ngada.

“Nggak usah ditutup sebenarnya kan nggak apa-apa, nggak ada efeknya. Masak Corona lewat hanya pas jam 8 malam sampai jam 4 pagi saja. Gak masuk akal,” celetuknya.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait