Disperta Jombang Anggarkan Hampir Rp 1 M untuk 78 Rumah Burung Hantu, Peternak: Terlalu Mahal

Kusaini saat melihat penangkaran burung hantu miliknya. (Ft: Daniel).
  • Whatsapp

KESAMBEN, KabarJombang.com- Dinas Pertanian (Disperta)  Jombang, menganggarkan sebesar Rp 922 juta, untuk pengadaan sebanyak 78 rumah burung hantu. Anggaran sebesar itu dinilai terlalu mahal.

Hal itu dikatakan Kusaini (60) seorang petani dan juga peternak burung hantu di Dusun Tambakrejo, Desa Jombatan, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang.

Baca Juga

“Kalau Rp 922 juta dengan jumlah 78 menurut saya itu terlalu mahal, dilihat juga itu bentuknya seperti apa, konstruksinya dari besi atau apa, kakinya satu, tiga atau empat Apakah yang seperti di Mojoagung yang bisa dinaikan dan turunkan,” ungkapnya pada KabarJombang.com, Jumat (30/10/2020).

Kusaini menyebut, harga pagupon biasa dengan kaki satu dari besi seharga Rp 2,5 juta produksi di Mojoagung. Sedangkan untuk yang akan digelontorkan Disperta pihaknya akan menunggu seperti apa bentuknya.

“Diperkirakan dari jasa transportasi, jasa angkut, dan  jasa pemasangan mungkin itu yang membuat pagupon tambah mahal. Sebenarnya juga bisa kalau memberdayakan Gapoktan dan Poktan,” tuturnya.

Selaku pemilik penangkaran burung hantu sejak puluhan tahun, Kusaini menyebut burung hantu tidak perlu pagupon yang besar. Terpenting dan idealnya adalah setiap 5 hektar memiliki satu pagupon.

Menurutnya itu lebih efektif seperti halnya yang ada di Indramayu, Jawa Barat dan Demak, Jawa Tengah.

“Kalau kondisi disini, kan lahan seluas itu hanya satu pagupon tentunya kurang maksimal. Karena satu pagupan setidaknya ada ada dua pasang burung hantu kalau semakin banyak pagupon kan lebih cepat berkembang dan disitu pula burung akan bertelur,” jelasnya.

Kusaini lebih berharap Disperta membelanjakan pagupon dengan jumlah banyak dengan harga seminimal mungkin. Daripada harga mahal hanya mnghasilkan 78 buah pagupon yang akan disebar di 10 Kecamatan di Kabupaten Jombang.

“Kalau semakin banyak pagupon kan semakin ideal, perkembangan biakan burung juga cepat. Mengingat tikus satu bulan itu beranak, juga harus diimbangi ini, antara jumlah burung hantu dan tikus,” sautnya.

Sebagai seorang peternak burung hantu jenis Tyto Alba, Kusaini menuturkan burung yang dihasilkan selain diternak, juga ada yang dilepas bebas untuk memangsa tikus di persawahan, sekaligus juga ada yang diperjualbelikan.

“Pagupon itu butuh waktu lima tahun untuk diketahui perkembangannya dan kebermanfaatannya, Kalau setahun belum ada hasil. Jika kurang pagupon ujung-ujungnya burung akan merusak bangunan sekolah atau mushola,” pungkasnya.

 

 

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait