JOMBANG, KabarJombang.com – Buah kepel atau burahol termasuk salah satu tanaman langka dan jarang dijumpai, kini sedang berbuah di lingkungan mushola di Desa Wonosalam, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang.
Salah seorang warga mengatakan, jika buah kepel yang langka kini sedang berbuah di lingkungan setempat dengan kulit buah berwarna cokelat.
“Termasuk buah langka, dan kemungkinan hanya ada disini saja. Setahun sekali muncul buahnya seperti ini tapi gak terlalu banyak kayak tahun lalu,” tuturnya pada KabarJombang.com, Selasa (21/9/2021).
Tentang awal mula munculnya tanaman kepel tumbuh di wilayah tersebut, sayangnya ia tidak mengetahui pasti.
“Awal mulanya gimana saya kurang tahu, tapi sudah lama ada disini, ini buahnya bisa dimakan atau khasiatnya seperti apa juga tidak tahu, tapi kadang juga ada yang ambil,” jelas dia.
Pun demikian dengan informasi yang berkembang bahwa kepel dipercaya sebagau salah satu buah kegemaran Putri keraton dan berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta, dia tidak mengetahui hal tersebut.
“Lho begitu ya, saya malah tidak tahu itu, ternyata ada cerita begitu,” tegasnya memungkasi.
Fakta Buah Kepel, Asal Usul dan Khasiat
Dihimpun dari berbagai sumber informasi berikut ulasan tentang buah kepel.
Tumbuhan kepel atau burahol adalah pohon penghasil buah hidangan meja yang menjadi flora identitas Daerah Istimewa Yogyakarta. Buah kepel digemari puteri kraton-kraton di Jawa karena dipercaya menyebabkan keringat beraroma wangi dan membuat air seni tidak berbau tajam.
Gara-gara tidak merakyat, kepel atau burahol menjadi tanaman langka. Bagaimana kita melestarikannya kembali sebagai pohon buah yang unik dan bermanfaat.
Aneh tapi nyata! Penyebab tidak merakyat itu ialah bau! Buahnya mengharumkan bau keringat, sampai dipakai sebagai deodoran oleh para putri keraton Raja Mataram. Baginda menyuruh menanam pohon itu di halaman istana, untuk diambil buahnya bagi para putri keraton. Hanya dengan memakan buah itu yang sudah masak, para putri ini sudah bisa berbau bunga viola. Keringatnya wangi, dan napasnya harum.
Kepel adalah nama pohon dan buah yang mempunyai nama ilmiah Stelechocarpus burahol. Tumbuhan penghasil buah yang menjadi kegemaran para putri keraton Jawa sejak jaman dulu ini kini termasuk salah satu tanaman langka di Indonesia. Pohon Kepel yang dipercaya mempunyai nilai filosofi adhiluhung ini merupakan flora identitas provinsi Daerah Istimewa Jogyakarta.
Pohon Kepel di beberapa daerah di Indonesia dikenal juga sebagai buah dan pohon kecindul, cindul, simpol, burahol, dan turalak. Dalam bahasa Inggris tumbuhan langka ini dikela sebagai Kepel Aple. Sedangkan dalam bahasa latin (ilmiah) disebut Stelechocarpus burahol.
Pohon Kepel menjadi kegemaran para putri keraton di Jawa selain lantaran memiliki nilai filosofi sebagai perlambang kesatuan dan keutuhan mental dan fisik, buah kepel juga dipercaya mempunyai berbagai khasiat dibidang kecantikan. Buah Kepel telah menjadi deodoran (penghilang bau badan) bagi para putri keraton. Sayang justru karena itu masyarakat jelata tidak berani menanam pohon ini sehingga menjadi langka.
Pohon Kepel mempunyai tinggi hingga 25 m dengan diameter batang mencapai 40 cm. Pada kulit batangnya terdapat benjolan-benjolan. Benjolan-benjolan ini merupakan bekas tempat bunga dan buah karena bunga dan buah kepel memang muncul di batang pohon bukannya di pucuk ranting atau dahan.
Daun Kepel tunggal, lonjong meruncing dengan panjang antara 12 – 27 cm dan lebar 5 – 9 cm. Warna daun Kepel hijau gelap. Bunga berkelamin tunggal, harum. Bunga jantan terdapat pada batang bagian atas atau cabang yang tua bergerombol antara 8 sampai 16. Sedangkan bunga betina hanya terdapat pada batang bagian bawah.
Buah Kepel tumbuh memenuhi batang pohonnya. Bentuk buah Kepel bulat lonjong dengan bagian pangkal agak meruncing. Warna buah Kepel coklat agak keabu-abuan, dan ketika sudah tua akan berubah menjadi coklat tua. Daging buah berwarna agak kekuningan sampai kecoklatan membungkus biji yang berukuran cukup besar. Rasa buah Kepel manis.
Pohon Kepel atau Burahol tersebar di kawasan Asia Tenggara mulai dari Malaysia, Indonesia hingga Kepulauan Solomon bahkan Australia. Di Indonesia, terutama di Jawa, Pohon Kepel mulai jarang dan langka. Pohon Kepel dapat tumbuh di habitat yang berupa hutan sekunder yang terdapat di dataran rendah hingga ketinggian 600 mdpl.
Pohon Kepel menjadi salah satu pohon yang langka. Kelangkaan tanaman ini lebih disebabkan oleh adanya anggapan pohon ini sebagai pohon keraton yang hanya pantas di tanam di istana. Rakyat jelata, khususnya masyarakat Jawa akan merasa takut mendapatkan tuah (kuwalat) jika menanam pohon ini.
Selain itu, sebagian masyarakat juga merasa buah ini malas untuk membudidayakannya. Meskipun memiliki rasa yang manis tetapi sebagian besar isi buah dipenuhi biji sehingga mengurangi minat orang untuk membudidayakannya.
Kini, pohon langka ini masih dapat ditemui di kawasan keraton Yogyakarta, TMII, Taman Kiai Langgeng Magelang, Kebun Raya Bogor dan Taman Buah Mekarsari. Di Taman Buah Mekarsari pohon kepel sudah ditanam sejak awal tahun 1995 bertepatan denan diresmikannya Taman Buah Mekarsari.
Lokasi tanamannya berada di kebun buah Blok C. Jumlah tanamannya 30 pohon. Bulan April ini pohonnya sedang berbuah. Buah akan terus berlangsung sampai awal Juni 2017. Untuk menuju ke tempat tersebut Anda dapat mengikuti rute wisata yang ada di Taman Buah Mekarsari.
Buah Kepel yang buahnya seukuran kepalan tangan orang dewasa mempunyai filosofi sebagai perlambang kesatuan dan keutuhan mental dan fisik karena seperti tangan yang terkepal.
Buah Kepel sejak zaman dahulu telah dipergunakan oleh para putri keraton sebagai penghilang bau badan dan pewangi badan. Selain itu juga dipercaya sebagai salah satu sarana kontrasepsi sebagai sterilitas wanita (KB).
Daging buah kepel dipercaya mempunyai khasiat memperlancar air kencing, mencegah inflamasi ginjal. Kayu pohon Kepel dapat digunakan sebagai bahan industri atau bahan perabot rumah tangga dan bahan bangunan yang tahan lebih dari 50 tahun. Daun kepel bisa juga dimanfaatkan untuk mengatasi asam urat. Lalap daun kepel mampu menurunkan kadar kolesterol.
Sebuah ironi, pohon Kepel yang sarat filosofi dan digemari oleh para putri keraton justru pohon tersebut menjadi langka, dan terancam punah lantaran rakyat jelata takut kuwalat jika ikut menanamnya.
Adakah ini menyiratkan kepada kita bahwa kita tidak boleh terlalu menggantungkan asa pada para penguasa. Kitalah, segenap rakyat yang bisa menentukan lestari tidaknya alam ini termasuk pohon Kepel, pohon Burahol.