DIWEK, KabarJombang.com – Kabupaten Jombang tidak hanya terkenal dengan wisata religinya, tapi juga banyak tempat kuliner yang seringkali menjadi jujugan tokoh nasional. Salah satunya warung kikil Bu Tandur.
Warung ini diketahui berdiri sejak tahun 1947 silam. Kala itu dikelola sendiri oleh Bu Tandur. Makanan berat berbahan dasar kikil sapi ini dijual di daerah Desa Mojosongo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang.
Hingga kini, warung kuliner sore hingga malam ini dijaga oleh generasi lanjut anak-anak dan cucunya. Seperti yang disampaikan cucu laki-laki Bu Tandur yakni, Arizal Afriyanto. Ia menjelaskan bagaimana awal hingga warung mbahnya itu bisa terkenal dan jadi jujukan para tokoh nasional.
“Kalau sejarahnya, saya masih belum mengetahui pasti ya. Memang dari 60 an tahun yang lalu, Mbah menjual nasi Kikil. Kalau perbedaan mungkin dari rasa dan porsinya saja, ya tidak tau juga kalau pengunjung ramai dan seringkali pejabat-pejabat tinggi itu makan di sini. Sempat Kementerian Desa, Gus Dur langganan juga, Bupati Mundjidah Wahab, Gubernur Khofifah, dan tokoh masyarakat lainnya,” ujarnya kepada KabarJombang.com, Minggu (16/1/2022).
Nasi Kikil milik Bu Tandur ini, justru berbeda rasa dan aroma saat menyantapnya. Selain itu, pria berusia 31 ini juga menjelaskan bahwa bumbu masakan dan jenis kikil milik warung tersebut juga berbeda.
“Kikilnya, kikik asli nyel. Kalau bumbu ya jelas mungkin ya berbeda meski sedikit, dan porsinya juga lebih banyak daripada yang biasanya,” jelasnya saat ditemui.
Dalam seporsi makanan, sudah tersedia nasi yang dibungkus dengan daun pisang dan kikil. Di sana juga tersedia beberapa lauk ikan. Kendati harga dalam seporsi Rp 30 ribu, dijamin tidak bakal rugi dengan masakan kikil khas Jombang ini.
“Kalau operasional waktu buka tutupnya, dibuka sejak pukul 4 sore hingga jam satu malam. Alhamdulillah pelanggannya masih lumayan banyak, meski pandemi bagi kami juga sempat berdampak,” katanya.
Mengetahui omzet yang didapat dalam setiap harinya , lumayan tinggi. Namun demikian menurut Arizal, pendapatan di masa pandemi cukup mengalami penurunan sekitar 30 hingga 50 persen.
“Sebelum pandemi dulu, lumayan banyak ya mas. Tapi sekarang ini pandemi, ya berkurang lah begitu. Mungkin dalam sehari omzetnya sekitar Rp 5-6 juta,” pungkasnya.