NGORO, KabarJombang.com – Lama tidak terdengar, situs petirtaan Sumberbeji, Dusun Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Jombang kini semakin menggoda dengan banyaknya angkringan warung kopi.Wabah virus corona yang melanda, sempat membuat para pedagang angkringan ini menutup usahanya. Namun, mereka bukannya menyerah. Ide untuk memperbaiki warung angkringan mereka agar nyaman dan menarik peminat pengunjung untuk mampir, justru menjadi titik balik kebangkitan melawan pandemi covid-19 ini.
Para pemilik angkringan secara gotong-royong mempercantik lokasi petirtaan zaman majapahit ini, dengan biaya sendiri. Taman bunga mini yang ditumbuhi rumput hijau telah dirancang tertata rapi. Ditambah suasana sejuk dan rindang karena lokasi petirtaan dipayungi pohon-pohon besar. Selain itu, lokasi yang menunjang pemandangan asri lainnya adalah hamparan sawah penduduk sekitar. “Awalnya cuma satu dua warga sekitar yang buka warung. Tapi karena pandemi ya mau tidak mau tutup,” terang Misbahul Munir salah satu pemilik angkringan.
Desakan ekonomi ditengah-tengah pandemi, lanjut Munir, memaksa warga berpikir lebih keras guna menghasilkan pundi-pundi rupiah. Salah satunya membuat konsep petirtaan nyaman, asri dan nyaman. “Tak kalah penting dan yang akan kami jadikan ikon adalah bagaimana mengenalkan sejarah Majapahit dan merawat peninggalannya dengan baik,” tambah dia. Berbekal konsep yang telah dirancang bersama ini, warga mulai menyulap lokasi petirtaan.
Dengan tetap menjaga kealamian dan keasrian, warga mulai membangun lapak-lapak jualan yang tertata rapi. “Yang terpenting menjaga dan merawat sejarah dengan tetap melakukan pemberdayaan ekonomi lokal sebagai penunjang,” urai Munir. Lokasi wisata yang dibuka selama 24 jam dengan sistem penjagaan bergilir oleh warga setempat ini, mulai ramai. Pengunjungnya pun berasal dari dalam dan luar kota Jombang.
“Biasanya akhir pekan itu selalu ramai. Jumlah nya tidak seberapa tahu, tapi ramai,” ungkapnya. Untuk lebih membuat suasana pedesaan yang kental, disekitar situs yang ditemukan Juli tahun 2019 ini, dibangun pagar bambu yang mengelilingi area petirtaan. Di sisi utara petirtaan inilah letak angkringan tertata rapi. Selain warung kopi, ada juga warung nasi dan gorengan. Semilir angin di lokasi petirtaan yang dikelilingi persawahan warga, menambah kesan sejuk nan romantis bagi para pengunjung.
Muhammad Lukman Hakim (22) pengunjung yang mengaku berasal dari Peterongan Jombang, mengaku, ketertarikannya mengunjungi lokasi petirtaan ini, karena kenyamanan yang didapat. Selain cocok untuk melepas penat dan tak lupa tetap berselfie ria tentunya, menurut Hakim, tempat ini seakan memiliki magnet untuk menarik pengunjung merasakan suasana pedesaan yang asri. “Enak tempatnya buat ngobrol santai sama temen-temen, apalagi anginnya sejuk, jadi nyaman untuk bersantai,” ucap pria asal Rejoso, Peterongan Jombang ini.
Para pengunjung sendiri seakan terbawa ke masa lampau dengan rindangnya pepohonan dan hamparan sawah disekitar petirtaan. Jika lapar, tak usah kuatir. Ada beragam menu masakan jawa disni. Kalau untuk sekedar ngemil, aneka gorengan panas siap disajikan para pedagang.
Petirtaan peninggalan Majapahit ini sendiri baru ditemukan tahun 2019. Penemuan situs era Majapahit berupa saluran air ini, oleh para peneliti dari BPCB Jatim langsung dilakukan penggalian lebih luas. BPCB Jatim sendiri pada akhirnya menghentikan kegiatan ekskavasi tahap dua di situs petirtaan tersebut. Penghentian ini, setelah para arkeolog menyelesaikan tahap membuka sisi dalam situs dan menemukan saluran buang yang diyakini menuju kawasan pertanian penduduk.