Mengungkap Legenda Asal Usul Desa Tunggorono Jombang

Desa Tunggorono, Jombang. KabarJombang.com/Anggraini Dwi/
Desa Tunggorono, Jombang. KabarJombang.com/Anggraini Dwi/
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Sejarah asal usul Desa Tunggorono, Kabupaten Jombang bermula dari kisah dua orang tokoh yang tak kasat mata (alam gaib).

Dua tokoh tersebut bernama Nyai Pandansari atau Mbah Pandansari dan sang puteri Raden Ayu Sri Mulyani.

Baca Juga

Raden Ayu Sri Mulyani ini merupakan sosok yang kalem dan cantik hingga membuat terpaku para raja, pejabat, pangeran di dimensi gaib untuk segera meminang dan bersanding dengannya.

“Namun dari kalangan pejabat, raja maupun pangeran tidak ada yang berhasil meluluhkan hati sang R.A Sri Mulyani ini,” kata pemerhati sejarah Dian Sukarno di dalam bukunya Antologi Legenda Jombang SisikMelik01, Sabtu (30/1/2021).

Hingga pada suatu ketika R.A Sri Mulyani didatangi oleh seorang telik sandi atau mata-mata dari penguasa kerajaan gaib tlatah (daerah) Gunung Kelud untuk meminangnya.

Namun, pinangan tersebut tidak serta merta diterima sang R.A Sri Mulyani. Karena ia kedapatan kabar bahwa sang raja tersebut merupakan sosok siluman yang berkepala kerbau bernama Sang Prabu Mahesasura.

“Prabu Mahesasura ini memiliki sifat yang sangat arogan dan pemaksa. Jika ada yang menghalangi keinginannya maka akan dihancurkan dan daeranya bisa diubah menjadi karang abang (banjir darah),” tulisnya.

Karena sifatnya yang seperti itu maka R.A Sri Mulyani bersama ibunya Nyai Pandansari terlarut dalam kesedihan hingga memutuskan untuk bertapa agar mendapat wangsit (pesan gaib).

Dari hasil tapanya tersebut sang R.A Sri Mulyani mendapat wangsit untuk meminta mahar pernikahan berupa sumur windu atau sumur besar dan dalam, sebagai alasan untuk sarana pengairan warga di perbukitan kerontang.

“Saat Sang Prabu tiba di daerah kekuasaan R.A Sri Mulyani tepat hari malam Jumat Pahing. Dan Sang Prabu menyanggupi untuk membuatkannya sumur yang dikebut semalam dibantu slimuan wadyabala slamet,” tulisnya.

Tidak berhenti disitu, R.A Sri Mulyani berinisiatif untuk mengarahkan penduduk membakar jerami dan berteriak-teriak seolah hari sudah pagi hingga membuat ayam jago milik penduduk berkokok.

Dari situlah Sang Prabu tidak tinggal diam dan memutuskan untuk masuk ke sumur windu. Saat Sang Prabu sudah masuk sumur, maka dengan kesaktian yang dimiliki R.A Sri Mulyani pun menggeser batu besar untuk menutup mulut sumur windu hingga Sang Prabu terkubur hidup-hidup.

“Dengan itu kan Sang Prabu merasa dicurangi maka ia mengancam akan menghancurkan dan menjadikan bukit kerontang karang abang. Dan dengan entengnya R.A Sri Mulyani menjawab “Iya, tungganana aku tak rana”. Maka dari kalimat tersebut akhirnya oleh sang ibu Nyai Pandansari menamakan bukit kerontang tersebut Tunggorono,” tulisnya.

Sementara itu, Kepala Dusun Gabus, Desa Tunggorono, Sarwadi menuturkan, jika Tunggorono dahulu kala memang sebuah gunung namun hanya bisa dilihat dari titik-titik tertentu saja.

“Dulu memang sebelum ada bangunan-bangunan itu Gunung, tapi hanya bisa dilihat dari jauh. Tapi kalau didekati gaktau dimana puncaknya Gunung Tunggorono. Jadi memang dulu waktu jaman Belanda memang banyak tanaman jati disana,” ujarnya saat ditemui KabarJombang.com, Sabtu (30/1/2021).

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait