PLANDAAN, KabarJombang.com – Terletak di tengah hutan yang lebat, Dusun Kedungdendeng, Desa Jipurapah, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang, menyimpan sejuta cerita tentang kehidupan yang penuh ketenangan dan keberlimpahan.
Desa ini berada di perbatasan tiga kabupaten antara Nganjuk, Lamongan, dan Bojonegoro, serta menjadi salah satu kawasan terluar di Kabupaten Jombang. Walaupun hidup serba cukup dengan hasil pertanian yang melimpah, akses menuju dusun ini masih menjadi tantangan utama yang harus dihadapi para warganya.
Dusun Kedungdendeng bisa dibilang terisolasi, dengan akses jalan yang sangat terbatas. Untuk mencapai dusun ini, kendaraan harus memiliki kemampuan 4×4, sementara sepeda motor yang bisa menjangkaunya hanya motor trail atau yang telah dimodifikasi khusus.
Saat musim hujan, jalan yang berbatu dan berlumpur menjadi lebih sulit dilalui, dengan jarak sekitar 7 km dari dusun terdekat yang memakan waktu sekitar satu jam perjalanan.
Sedangkan jarak dari pusat perkotaan Jombang, sejauh 30 km yang ditempuh dalam waktu sekitar tiga jam. Bahkan, akses antar RT dalam dusun ini harus melewati sungai-sungai, termasuk sebuah sungai besar yang jembatannya tidak bertahan lama.
Saat air sungai naik, kendaraan pun terhambat, tidak bisa dilewati dan memaksa warga untuk menunggu sampai kondisi memungkinkan untuk bisa melakukan perjalanan.
Meskipun tantangan besar terkait akses ini, Dusun Kedungdendeng memiliki sebuah sekolah dasar yang mengajar sekitar 25 siswa. Untuk melanjutkan ke jenjang SMP, beberapa anak memilih untuk tinggal sementara di rumah saudara atau kos di dusun sebelah atau kabupaten sebelah, karena perjalanan pulang pergi yang jauh dan melelahkan.
Puskesmas sendiri berada di Dusun Jipurapah, dusun tetangga yang menjadi pusat pemerintahan desa. Hal ini membuat warga harus menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.
Menurut keterangan dari ketua RT, warganya yang sudah hamil tua dan akan menjalani persalinan beberapa ada yang harus mengungsi di desa tetangga, atau ada juga yang menggunakan bidan desa, bahkan ada juga yang menjalani persalinan secara mandiri.
Meski berada di lokasi yang terpencil, warga Dusun Kedungdendeng sebagian besar menggantungkan hidup mereka pada pertanian dan peternakan. Saat musim hujan, mereka menanam padi, sementara di musim kemarau, mereka beralih ke tanaman cabai dan jagung.
Mata pencaharian yang cukup ini membuat mereka merasa sejahtera dan bisa bertahan hidup tanpa harus keluar desa. Bahkan, para penduduk memiliki kebiasaan untuk memberi tamu yang datang dengan beras atau cabai sebagai simbol keberlimpahan hasil alam mereka.
Bukan hanya warga lokal yang merasa nyaman di dusun ini. Beberapa orang dari luar kota sengaja memilih menetap di Dusun Kedungdendeng karena ketenangan yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Mereka merasakan kehidupan khas pedesaan yang ayem, tentram, dan damai.
Pada tahun 2017, listrik akhirnya masuk ke Dusun Kedungdendeng, membawa sedikit kemudahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, jaringan internet di sana masih sangat terbatas. Hanya beberapa titik yang dapat mengakses Wi-Fi, sementara penggunaan paket data seluler masih terhambat oleh keterbatasan jaringan.
Meski demikian, para warga merasa cukup dengan kehidupan yang sederhana dan serba ada. “Kalau untuk kebutuhan hidup insyaallah warga sini tidak kekurangan, mulai dari bahan pokok, sayur mayur, hingga lauk semua ada dan lebih dari cukup, bahkan untuk hidup satu tahun kedepan bisa,” ungkap Harto seorang Ketua RT di Dusun tersebut.
Salah satu aspek kehidupan yang cukup menggembirakan di dusun ini adalah keberadaan pusat perbelanjaan yang dikelola oleh salah satu warga setempat. Toko ini menjadi pusat keramaian dan hiburan, terutama di malam hari, saat warga berkumpul untuk berbelanja kebutuhan pokok.
Untuk memenuhi stok barang di toko, pedagang harus pergi ke pasar terdekat yang ada di Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang atau Kecamatan Sukorame, Kabupaten Lamongan.
Setelah Dusun Kedungdendeng, ada satu dusun lagi yang lebih jauh, yaitu Dusun Rapahombo, Desa Pojokklitih yang juga masih masuk Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang. Akses jalan menuju dusun ini sedikit lebih baik, dengan sebagian jalan sudah dipaving dan menggunakan makadam, meski masih ada beberapa titik yang berlumpur. Jaraknya sekitar 5 km dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.
Meskipun kehidupan di Dusun Kedungdendeng terasa cukup, dengan hasil alam yang melimpah dan kehidupan yang damai, para warganya masih menghadapi dua keluhan utama, yakni akses jalan yang sulit dan terbatasnya fasilitas kesehatan. Mereka berharap ada perhatian lebih dari pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur jalan dan memperluas layanan kesehatan di wilayah tersebut.