Cok Bakal Tradisi Jawa Masih Lestari di Dusun Legarang Jombang

Cok bakal terlihat di sebuah tempat dengan dilindungi kresek ditaruh di atas gapura. KabarJombang.com/Diana Kusuma/
Cok bakal terlihat di sebuah tempat dengan dilindungi kresek ditaruh di atas gapura. KabarJombang.com/Diana Kusuma/
  • Whatsapp

DIWEK, KabarJombang.com – Sejak zaman dahulu dalam setiap upacara tradisi budaya Jawa mesti ada sesajian atau yang biasa disebut cok bakal. Seperti hajatan menantu, mendirikan rumah, nyadran/leluhur, memetik padi atau nduduk (membuat) pondasi rumah.

Cok bakal bermakna cikal bakaling urip dumadining jagat sakalir, elingo marang Purwa Duksina Jantraning Gesang–asal mula kehidupan terjadinya seluruh isi alam semesta, mengingatkan pada awal dan akhir perjalanan hidup.

Baca Juga

Di Kabupate Jombang tradisi rerangken sesaji cok bakal masih tetap lestari dan dipegang teguh oleh masyarakat Jawa di Dusun Legarang Desa Brambang Kecamatan Diwek.

Menurut warga tertua dusun Legarang Sarpik. Cok bakal ini merupakan simbol izin kepada leluhur saat akan mempunyai hajatan dan ditaruh di empat penjuru kampung.

“Cok bakal itu syarat yang harus dibuat dalam setiap hajatan, biasanya minta izin sama leluhur, itu ditaruh di empat penjuru dusun kalau disini,” kata perempuan berusia 90 tahun ini kepada KabarJombang.com, Minggu (7/2/2021).

Dijelaskan Sarpik, menyiapkan sesaji cok bakal dalam setiap upacara merupakan tradisi masyarakat Jawa sejak dulu dan bentuk warisan leluhur.

“Tidak bermaksud syirik, karena tradisi ini sudah ada dari dulu. Sudah jadi adat masyarakat disini,” tandasnya.

Isi di dalam sesajian cok bakal menurut Sarpik harus lengkap tidak boleh ada yang kurang. “Sebisa mungkin harus jangkep (lengkap) biar hajatan juga lancar. Kepercayaannya dulu begitu benar atau tidaknya terkadang kejadian,” tambah dia.

Di dalam cok bakal harus ada berbagai komponen diantaranya, teri, empon-empon, biji-bijian (merica, pala, ketumbal, kacang, kedelai dan sebagainya), kluwek, kemiri, kelapa satu iris, lombok, garam, gula, telur, uang, beras, bunga dan sebagainya.

Kepercayaan tersebut bisa diikuti atau tidak tergantung dari masing-masing orang namun di dusun Legarang masih dilakukan.

“Seperti itu kan kembali ke orangnya masing-masing percaya atau tidak tapi disini masih ada,” pungkas Sarpik.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait