JOMBANG, KabarJombang.com – Umur tak melekangkan semangat Mbah Yatinem (80) berkeliling menggendong jamu. Sejak usianya 13 tahun, perempuan itu gigih menekuni profesinya menjual jamu gendong.
Setiap pagi mulai 06.00 WIB, dengan menggendong jamunya dia sudah keluar dari rumahnya di Dusun Parimono Desa Plandi Kabupaten Jombang. Menjelang Zuhur, sekitar pukul 11.00 WIB dia tiba di rumahnya kembali.
Ya, begitu rutinitasnya setiap pagi sejak usianya 13 tahun. Semenjak berdiam di Jombang setelah kepindahannya dari Sumatera, dia menyusuri jalanan dan melayani pelanggannya di Parimono, kemudian Plandi dan Desa Ngudirejo.
“Sudah berjualan jamu gendong saat masih umur 13 tahun. Dulu berjualan di Sumatera, dan sampai sekarang masih jualan di Jombang. Mulai tahun berapa pindah sini juga sudah lupa,” tutur Mbah Yatinem, Senin (28/9/2020)
Tak ada kesan beban berat di raut wajah Mbah Yatinem saat berbincang dengan KabarJombang.com. Sambil tersenyum lepas lansia yang sudah menggendong jamu selama 67 tahun itu mengatakan, berjalan kaki dengan menggendong jamu membuat tubuhnya sehat.
“Sudah dari dulu berjualan begini. Kalau enggak berjualan badan tambah pegel-pegel. Di rumah juga mau ngapain kalau enggak jualan. Soalnya kan sambil olahraga jadi tambah sehat karena jalan sambil gendong jamu,” tutur dia sambil tersenyum.
Menurutnya, tak ada yang perlu dikeluhkesahi dengan pekerjaan yang harus ditekuni. “Dikerjakan saja, enggak usah mengeluh. Yang penting niatnya cari rejeki,” tutur Mbah Yatinem.
Mbah Nem, nama sapaan dia, mengaku sempat tak berjualan beberapa bulan akibat wabah virus Corona. Momentum itu dia anggap sebagai liburan untuk pulang kampung, menyambangi keluarganya di Solo.
“Pas (wabah) Corona kemarin enggak jualan, ya sudah pulang saja ke Solo untuk bertemu keluarga di sana. Ini baru jualan lagi dua hari ini,” jelas Mbah Nem.