Rongsokan Tak Cepat Terjual, Pemulung Terpaksa Berhutang

Jadi, saat memulung di kawasan TPA yang ada di Desa Banjardowo, Kecamtan Jombang.
  • Whatsapp

Seminggu, Penghasilan Hanya Rp 120 ribu

JOMBANG, (kabarjombang.com) – Sampah yang kerap menjadi hal yang disisihkan banyak masyarakat luas, ternyata juga bisa menjadi ladang mencari nafkah bagi beberapa kalangan masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Seperti di tempat pembuangan sampah akhir (TPA) yang berada di Dusun Gedangkeret Desa Banjardowo Kecamatan/Kabupaten Jombang.

Baca Juga

Di tempat ini, seluruh sampah yang ada di Kabupaten Jombang dikumpulkan, ternyata hal ini menjadi berkah tersendiri bagi pemulung yang sebagaian besar dari penduduk setempat. Setiap hari, ada sekitar 30 pemulung mengais rejeki di tempat ini. Salah satunya Jadi, pria 70 tahun ini setiap hari bekerja mencari sampah yang ada nilai jualnya, seperti plastik, tempat makanan bekas yang terbuat dari atom, serta kertas-kertas bekas bungkus makanan.

Menurut warga asli Gedangkeret ini, untuk sampah plastik harga per kilonya hanya Rp 500. “Itupun nanti kalau akan diambil pengepul juga disortir lagi,”paparnya.

Untuk jenis sampah lainnya, harganya tak jauh berbeda. Untuk plastik jenis atom, per kilogram hanya Rp 400. Sampah kertas itu hanya Rp 300 per kilo, itupun juga dibedakan antara jenis kertas sat dengan yang lainnya.

Meski bau menyengat dari sisa sampah yang membusuk sangat menggangu pernafasan dan lalu lalang lalat yang mengerubungi sampah makanan busuk, hal tersebut tak menjadi halangan bagi Jadi. Terbukti, dirinya bisa bekerja dari jam 5 pagi sampai jam 3 sore. “Karena sudah terbiasa jadi tidak terasa baunya,” ungkap Jadi saat ditemui, Minggu (29/11/2015).

Namun hal ini tak sebanding dengan pengahasilan yang dia dapat. Untuk menjualnya, dia mengaku sudah ada pengepul yang setiap minggu mengambil rosokan yang didapat dari pemulung-pemulung yang ada disini. “Satu minggu bisa diambil 2 kali antara hari rabu dengan hari sabtu,” ujar Ngadi (50), pemulung lainya.

Dalam satu minggu, dia hanya mendapatkan sekitar 210 kilogram rosokan. Itupun dari beberapa jenis rongsokan lainya, “Jadi satu minggu pendapatan kita rata-rata hanya Rp 100 ribu sampai 120 ribu saja,” ujarnya.

Ironisnya lagi, yang lebih membuat para pemulung di tempat ini kebingungan, jika pengepul yang mengambil hasil rongsokan tidak datang dalam satu minggu. Dia mengaku terpaksa harus mengutang untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.

“Kalau pengepulnya tidak datang seperti yang kita harapkan, terpaksa kita harus pinjam ke tetangga untuk menutupi kebutuhan dapur di rumah,” tutur Ngadi seraya menyisihkan sampah-sampah hasil pungutannya.

Meski begitu, dirinya mengaku tidak ada pilihan lain untuk bisa mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya. “Sudah sekitar 35 tahun saya mulung disini. Karena tidak ada keahlian lainnya, jadi mau tidak mau hanya pekerjaan ini yang bisa saya lakukan agar dapur di rumah tetap bisa mengepul,” ungkapnya. (ari)

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait