Pengrajin Pagupon Mojoagung Sebut Pengadaan Rubuha Disperta Jombang Banyak Untung

Rumah burung hantu buatan pengrajin di wilayah Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang.
  • Whatsapp

MOJOAGUNG, KabarJombang.com – Pengadaan Rumah Burung Hantu (Rubuha) di Dinas Pertanian (Disperta) Jombang, disoroti berbagai pihak. Pasalnya, pagu dari APBD-P 2020 senilai Rp 922 juta atau Rp 11,8 juta per pagupon.

Meski kemudian tender ini dimenangkan CV Amora Prabangkara dengan penawaran Rp 734.668.933 atau Rp 9,4 per pagupon, masih tetap menuai reaksi kalangan masyarakat. Seperti diungkap seorang pengrajin pagupon di wilayah Kecamatan Mojoagung, Jombang, yang enggan disebut namanya mengatakan, dua bulan lalu ia mengaku mendapatkan proyek rubuhan dengan harga jauh lebih murah.

Baca Juga

“Awalnya saya membuat sendiri dua unit. Itu setiap rubuha buatan saya, kerangkanya dari besi semua, tiangnya juga. Satu unit pagupon seharga Rp 1,4 juta,” ungkapnya.

Ia juga mengatakan, juga sekitar dua bulan lalu, salah seorang yang bekerja di Dinas Pertanian menggunakan jasanya membuat 9 unit pagupon senilai Rp 10 Juta, untuk dipasang di wilayah Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang.

“Kalau yang kemarin itu, awalnya Rp 12 juta untuk 6 unit. Akhrinya saya bilang Rp 10 juta bisa dapat 9 unit. Lalu orangnya (staf Disperta: red) mengatakan Rp 2 juta nya untuk jaga-jaga kekurangan dan untuk upah saya,” katanya.

Petani yang memiliki hobi membuat Rubuha itu telah menghasilkan sekitar 24 pagupon, dan telah terpasang secara swadaya oleh petani di desanya.

Spesifikasi yang dibuatnya, antara lain berukuran 80 x 70 sentimeter, dengan alas 1 meter, kaki atau tuang satu dengan besi pipa air ukuran 3 dim. Seluruh konstruksi menggunakan besi, dinding menggunakan triplek asli dengan ketebalan 90 milimeter.

Sedangkan atap berbahan Galvalum ukuran 1 meter seharga per meternya Rp 50 ribu, dengan siku 3-3 harga Rp 38 ribu per batang, menggunakan plat untuk alas 2 dim, per batang Rp 26 ribu.

“Saya menjamin buatan saya ini tahan hingga 10 tahun. Tinggal dibandingkan saja spesifikasinya sama yang di Disperta. Kalau seperti itu bisa dihitung satu-satu kan. Sikunya berapa, galvalum berapa, nanti ketahuan habisnya berapa,” imbuhnya.

Ia juga menjelaskan, hasil pagupon buatannya berukuran 80 x 70 cm itu, jika dijadikan ke ukuran berdsarkan spesifikasi Disperta Jombang berukuran 120 x 80 sentimer, tinggal menambah 40 sentimeter dan 10 sentimeter.

“Itu tinggal nambah saja, kan dari buatan saya berapa tinggal ditambah ukurannya. Jadi nambah berapa sentimeter. Perkiraan saya nggak sampai habis Rp 5 juta. Meskipun kaki atau tiangnya tiga dan sebagus apa, saya yakin nggak sampai Rp 5 juta,” jelasnya.

Ia juga menilai, biaya yang digelontorkan Disperta Jombang untuk pengadaan pagupon burung hantu, terlalu mahal. Apalagi, kata dia, pengadaannya berjumlah cukup banyak. Tentunya, kata dia, barang yang dibeli akan semakin murah. Berbeda, jika membuat hanya satuan.

“Kira -kira harga 9,Rp 4 juta kalau bikin 78 unit, keuntungan berapa puluh juta itu. Soalnya besi itu kan bisa digabungkan,” sahutnya.

Selain menyebut sangat mahal, dia menuturkan secara gamblang jika ada keuntungan-keuntungan yang didapat secara pribadi oleh oknum tertentu.

“Saya heran, padahal persis yang saya buat, tinggal buatan saya tadi dijejer loro plek wes podo (dijajar menjadi dua, sudah sama persis). Lha ya Rp 10 juta bisa satu Rubuha. Sedangkan buatan saya 9 unit Rubuha cuma Rp 10 juta,” pungkasnya membandingkan.

Iklan Bank Jombang 2024

TIMELINE BERITA

Berita Terkait