Oleh: Ust. Ghozi Rofiuddin SHi *)
Seorang mukmin yang sejati akan selalu mendambakan manisnya keimanan dalam menjalani kehidupan, dan sudah barang tentu akan terus berusaha dengan bersungguh-sungguh untuk menguatkan rasa kecintaannya kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT dalam al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 165:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ…
Artinya: “Di antara manusia ada orang-orang yang menjadikan sesuatu selain Allah SWT sebagai tandingan-tandingan yang mana mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah SWT. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cinta kepada Allah SWT.” (QS. Al-Baqarah: 165).
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman dalam surah at-Taubah ayat 24:
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَاأَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ.
Artinya: Katakanlah: “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.) (QS. At-Taubah: 24).
Rasulullah SAW bersabda:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلاَ ،ِلهلِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ.
Artinya: “Ada tiga perkara yang jika ketiganya ada pada seseorang, akan membuatnya merasakan manisnya keimanan: hendaknya Allah SWT dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selainnya; jika mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah; dan dia membenci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana dia benci menuju api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah menyebutkan di dalam kitab Madarij as-Salikin ada beberapa faktor yang dapat menguatkan kecintaan seorang hamba kepada Allah SWT.
Diantara sebab yang dapat menumbuhkan dan membangkitkan rasa kecintaan seorang hamba kepada Allah SWT iaitu:
1. Membaca al-Qur’an dengan bertadabbur dan memahami maknanya seperti seseorang yang berusaha memahami dan mensyarahkan sebuah kitab yang telah dihafalnya.
2. Berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan amalan-amalan sunnah setelah menyempurnakan amalan yang wajib.
Dengan hal ini, seorang hamba akan dapat mencapai darjat “hamba yang dicintai Allah SWT” setelah melepasi darjat “hamba yang mencintai Allah SWT ”.
3. Senantiasa berzikir dan mengingat Allah SWT dalam setiap waktu dan keadaan, dengan hati dan lisan serta dengan amal perbuatannya. Kecintaan seorang hamba kepada Allah SWT bergantung kepada kadar dzikir dan ingatannya kepada Allah SWT.
4. Selalu mengutamakan perkara-perkara yang Allah SWT cinta dibandingkan dengan perkara yang kita cintai dan ketika hawa nafsu menguasai kita, selalu berusaha meraih perkara yang Allah SWT cintai walaupun dengan jalan kesusahan dan kepayahan.
5. Menyibukkan hati untuk mengenal dan bertadabbur dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT. Dengan berulang dan merenungi nama dan sifat-Nya.
Hamba yang mengenal kesempurnaan Allah SWT dalam hal nama, sifat, dan perbuatan-Nya, pasti akan dapat mencintai- Nya.
6. Merenungi segala bentuk kebaikan, karunia, pemberian, dan nikmat dlohir dan batin yang Allah SWT limpahkan kepada Hamba-hamba-Nya.
7. Tunduknya hati sepenuhnya di hadapan Allah SWT, seperti ketika seorang tunduk meminta hajatnya yang mendesak atau meminta ampunan dan bertaubat kepada Allah SWT dengan bersungguh-sungguh hingga berlinangan air matanya.
8. Beribadah seorang diri menghadap Allah SWT pada sepertiga malam terakhir ketika Allah SWT turun ke langit dunia;
Berdoa kepada-Nya dan membaca al-Qur’an, kalam-Nya yang mulia; melaksanakan tata cara ibadah yang diajarkan oleh Nabi SAW di hadapan-Nya, kemudian menutup wirid malamnya itu dengan taubat dan istighfar.
9. Berkumpul dengan orang-orang yang jujur kecintaannya kepada Allah SWT; mereka tidak berkata kecuali pada perkara yang lebih maslahat dan bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.
10. Menjauhi semua perkara yang dapat memalingkan hati kpd Allah SWT seperti perbuatan dosa dan maksiat, serta perkara makruh dan sia-sia.
Dengan jalan inilah manusia akan dapat mencapai darjat mahabbah, yaitu kemurnian cinta hingga mereka bertemu dengan Dzat yang mereka cintai.
Wallahu A’lam.
(Jombang, 02 Rabiul Awal 1437 H)
Penulis adalah Pengasuh Ponpes Safinatul Huda (Safinda), Bandung, Kec. Diwek, Kab. Jombang.
Telp: 085730590626 / 081231953999)