Bahasa di Jombang Beragam, Ada Matraman dan Arek

Budayawan Jombang, Nasrul Illah. (Ft: Rahmanda).
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Berbicara mengenai kebudayaan yang ada di Jombang sepertinya tidak akan pernah habis oleh waktu.

Kabupaten Jombang yang notabene berada di tengah-tengah Provinsi Jawa Timur, memiliki gaya bicara yang berbeda, walaupun sama-sama menggunakan bahasa Jawa.

Baca Juga

Seperti hal nya di Jombang bagian timur yang gaya bicara nya ada tambahan kata “tah” dan sebagainya. Hal berbeda di Jombang bagian barat, utara dan selatan.

Budayawan Jombang, Nasrul Illah mengatakan, demikian ini dikarenakan dulunya Kabupaten Jombang, adalah daerah yang didatangi beberapa pasukan kerajaan yang berasal dari Jawa Tengah dan sekitarnya.

Menurut Cak Nas (panggilan akrab Nasrul Illah), bahasa Jombangan biasa disebut dengan bahasa arek yang dinilai berbeda dengan bahasa areknya Surabaya sebenarnya. Ada juga bahasa mataraman yang pengaruh dari Nganjuk, Kediri dan sekitarnya.

Perbedaan bahasa Mataraman dengan bahasa Arek adalah, bahasa Mataraman lebih ke arah Yogya dan bahasa Arek lebih ke arah Mojokerto dan sekitarnya.

Namun, katanya, ketika berbicara mengenai bahasa yang dipakai oleh daerah pesisiran seperti Kabuh dan sekitarnya ini lebih banyak dipengaruhi oleh Bojonegoro dan sekitarnya.

Dijelaskan Cak Nas, bahasa Arek Jombang dengan bahasa Arek Surabaya itu sebenarnya berbeda, walaupun kelihatannya sama. Ada juga bahasa Mataraman yang pengaruh dari baratnya Jombang seperti Nganjuk dan Kediri.

“Bedanya bahasa Arek dan Mataraman itu, kalau bahasa Mataraman lebih ke arah Yogya dan Arek lebih ke arah Mojokerto. Ada juga bahasa yang digunakan oleh daerah pesisiran Kabuh dan sekitarnya itu juga dipengaruhi oleh Bojonegoro dan sekitarnya. Itu dari segi lokasi,” kata Nasrul Illah kepada kabarjombang.com. Senin (10/8/2020).

Nasrul Illah yang adik budayawan Emha Ainun Najib (Cak Nun) itu menambahkan, ada lagi pengaruh dari perpindahan orang. Pesanggem atau orang-orang yang tinggal di tepi hutan seperti di daerah Mojoagung menuju ke Wonosalam. Mereka adalah mayoritas orang Nganjuk.

“Nah dari situlah akhirnya bahasa Mataraman masuk,”terangnya.

Dijelaskan, wilayah Kabupaten Jombang adalah wilayah Kerajaan Mataram. Kerajaan Mataram pindah dari barat ke timur untuk mencari lokasi aman setelah terjadinya letusan Gunung Merapi. “Ini sesuai dengan beberapa prasasti di Jombang, lokasi Kerajaan Mataram adalah di Jombang. Pengaruh terhadap bahasa adalah karena dulu prajuritnya semua di bawa ke Jombang. Maka masuklah budaya bahasa dari Yogya, Jawa Tengah dan sekitarnya, “jelasnya.

Ditambahkan Cak Nas, Jombang Kota atau Kecamatan Jombang menggunakan bahasa Arek. Sehingga lahirnya budaya kesenian ludruk, dan besutan, juga menggunakan bahasa Arek ini.

“Bahasa Arek khas Jombangan ini lebih kuat,”tandasnya.

Dicontohkan Cak Nas, bahasa Mataraman itu seperti “gaonok” kalau bahasa Arek umumnya “gak nok”. “Kalau yang tengah-tengah “ra onok” apalagi daerah sekitar Sumobito ada yang mengatakan “nok” atau “ganok” ini bedanya, “jelasnya.

Lebih lanjut Cak Nas menjelaskan, beragam bahasa sebenarnya sama. Namun hanya saja di percepat cara pengucapannya. Berbeda lagi di daerah Megaluh, ketika memanggil nama orang itu harus lengkap. Seperti “Gok Man Maiman iku nang endi? ”

Bahasa Arek yang selama ini digunakan masyarakat Kabupaten Jombang pada umunya merupakan bahasa logat khas Majapahitan. Karena dulunya bahasa yang sering digunakan untuk pewayangan adalah bahasa Arek.

“Bahasa Arek itu bahasa khas logat majapahitan. Kenapa kok bisa begitu? Karena dulu yang terdokumentasikan tulisan-tulisan yang ada di Jawa Timur itu menggunakan bahasa Arek,”katanya lagi.

Ditambahkan lagi, bahwa kekayaan bahasa di Jombang ini beragam dan unik. Bahkan, menurutnya, terkadang satu kecamatan itu berbeda-beda.

“Terkadang satu kecamatan pun ada yang berbeda. Tapi antar kecamatan juga dibedakan oleh bahasa-bahasa dari pendatang yang juga mempengaruhi,”pungkasnya.

 

 

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait