KabarJombang.com – Cemaran pestisida, nampaknya menjadi masalah yang serius bagi manusia. Hal itu tentu berpengaruh pada keamanan pangan yang kita konsumsi sehari-hari.
Dilansir dari kumparan.com, Rektor Universitas IPB, Arif Satria mengatakan, masifnya penggunaan pestisida dan pupuk-pupuk kimia merupakan salah satu penyebab tercemarnya bahan pangan yang ada di Indonesia.
Bahan pangan seperti sayur dan buah yang masih mengandung residu pestisida ini, menurut dia, dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan jika dikonsumsi oleh masyarakat. Salah satu dampak dari mengonsumsi bahan makanan yang tercemar pestisida menurut dia adalah meningkatnya hormon feminim dalam tubuh seseorang.
“Dengan kita mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang masih terkena residu pestisida itu akan berdampak pada meningkatnya hormon feminim kita,” kata Arif Satria saat memberikan sambutan dalam Launching Program Matching Fund Patriot Pangan Kampus Merdeka di UGM, Senin (14/11).
Meningkatnya hormon feminin ini akan membuat seseorang bersikap lebih feminim, tak terkecuali pada laki-laki. Karena itu, dia mengatakan bahwa salah satu penyebab seorang laki-laki bersikap seperti perempuan adalah karena cemaran pestisida di dalam bahan-bahan pangan yang dikonsumsi.
“Jadi kalau sering melihat di tv-tv, laki-laki gemulai, istilahnya laki-laki melambai, itu secara saintifik bisa dijelaskan, salah faktornya adalah karena faktor konsumsi residu pestisida,” ujarnya.
“Kalau banyak penyanyi-penyanyi, artis-artis, gemulai-gemulai itu saya curiga itu karena banyak makan tidak bersih sayurnya, tidak bersih buahnya, residu itu bisa mempengaruhi,” paparnya.
Meski begitu, dia menyadari bahwa peralihan sistem pertanian berbasis kimia ke organik membutuhkan waktu yang panjang. Pasalnya, selama puluhan tahun petani sudah punya ketergantungan yang sangat kuat pada zat-zat kimia dalam bertani.
Di tengah masalah seperti ini, perguruan tinggi menurut dia bisa memberikan kontribusi melalui hal-hal kecil di akar rumput. Saat ini, IPB menurut dia tengah mendampingi beberapa komunitas petani organik di Jawa Barat. Saat ini, kelompok petani tersebut sudah bisa menyuplai buah dan sayur organik ke 51 supermarket di Jabodetabek.
Upaya-upaya seperti ini menurut dia penting untuk dilakukan, terutama untuk mengenalkan pola-pola pertanian yang ramah lingkungan, untuk menghasilkan bahan-bahan pangan yang lebih sehat dan aman. Sebab, cemaran residu pestisida dan bahan kimia lain di bahan pangan bukan hanya mengancam kesehatan generasi saat ini, tapi juga generasi Indonesia di masa yang akan datang.
“Banyak hal-hal kecil yang menurut kita sesuatu yang biasa tapi sebenarnya impact-nya sistemik dan luar biasa karena berkaitan dengan generasi kita mendatang,” kata Arif Satria.