Oleh: Ust. Ghozi Rofiuddin SHi *)
Makna dholim (ظلم) dalam bahasa Arab adalah meletakkan sesuatu/ perkara yang bukan pada tempatnya. Orang-orang yang berbuat dholim disebut dholimin (ظالمين) . Lawan kata dholim adalah adil.
Kata dholim berasal dari bahasa Arab, dengan huruf “dho la ma” (ظ ل م) yang bermaksud gelap gulita. Al-Qur’an menggunakan kata dhulm selain itu juga digunakan kata baghy (بغي), yang artinya juga sama dengan dholim yaitu melanggar hak asasi orang lain.
Namun demikian pengertian dholim lebih luas maknanya berbanding kata baghyu, bergantung kepada kalimat yang disandarkannya.
Kedholiman itu memiliki berbagai bentuk di antaranya adalah syirik, juga digunakan untuk menunjukkan sifat kejam, bengis, tidak berperi kemanusiaan, suka melihat orang lain dalam penderitaan dan kesengsaraan, melakukan kemungkaran, penganiayaan, kemusnahan harta benda, ketidak adilan dan banyak lagi pengertian yang dapat diambil dari sifat dholim tersebut.
Pada dasarnya sifat dholim ini merupakan sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan akhlak dan fitrah manusia, yang seharusnya menggunakan hati dan akalnya untuk melakukan kebaikan terhadap sesama manusia.
Adapun makna dholim yang disebutkan dalam beberapa ayat al-Qur’an di antaranya sebagai berikut:
1. Menyembah kepada selain Allah SWT dan mencintainya sebagaimana mencintai Allah SWT. Perbuatan ini disebut dengan Syirik.
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 165 :
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبًّا لِّلّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلّهِ جَمِيعاً وَأَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ.
Artinya: “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dholim itu mengetahui ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu hanya milik Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (nescaya mereka akan menyesal)”.(QS. Al Baqarah : 165 ).
Keterangan : Makna dholim dalam di atas ialah orang-orang yang menyembah kepada selain Allah.
Dalam ayat lain dalam surah Hud ayat 102, Allah SWT berfirman :
وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَـكِن ظَلَمُواْ أَنفُسَهُمْ فَمَا أَغْنَتْ عَنْهُمْ آلِهَتُهُمُ الَّتِي يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ مِن شَيْءٍ لِّمَّا جَاء أَمْرُ رَبِّكَ وَمَا زَادُوهُمْ غَيْرَ تَتْبِيبٍ.
Artinya: “Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu adzab Tuhanmu datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan semata-mata”. (QS. Huud : 101)
2. Tidak melaksanakan dan memutuskan hukum yang diturunkan dan diperintahkan Allah SWT.
Firman Allah SWT dalam al-Qur’an Surah Al-Maidah ayat 45:
وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالأَنفَ بِالأَنفِ وَالأُذُنَ بِالأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ فَمَن تَصَدَّقَ بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَّهُ وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أنزَلَ اللّهُ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ.
Artinya: “Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya nyawa (dibalas) dengan nyawa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada qishashnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak qishash) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang dholim”.( QS. Al-Maidah : 45 )
3. Mengikuti hawa nafsu dan merugikan orang lain.
Firman Allah SWT dalam al-Qur’an Surah Al-Maidah ayat 47:
وَلْيَحْكُمْ أَهْلُ الإِنجِيلِ بِمَا أَنزَلَ اللّهُ فِيهِ وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللّهُ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ.
Artinya: “Dan hendaklah para pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah didalamnya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah golongan orang-orang yang fasik”. (QS.Al Maidah : 47)
Keterangan : Orang-orang Nasrani tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan dalam Injil dengan memutuskan hukum menurut hawa nafsu mereka. Memutuskan hukum karena menurut hawa nafsu dan merugikan orang lain dinamakan dholim.
4. Orang yang bersifat angkuh dan sombong dengan kelebihan diri serta kufur terhadap nikmat Allah SWT.
Firman Allah SWT dalam Surah Al-Kahfi ayat 18:
وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَن تَبِيدَ هَذِهِ أَبَدًا.
Artinya: “Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri (dengan keangkuhan dan kekafirannya); ia berkata: “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, (QS. Al-Kahfi : 35)
5. Orang-orang yang telah diberikan keterangan-keterangan dengan cara yang paling baik, akan tetapi mereka tetap membantah serta menyatakan permusuhannya terhadap Islam .
Firman Allah SWT dalam Surah Al-Ankabuut ayat 46:
وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنزِلَ إِلَيْنَا وَأُنزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَهُنَا وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ.
Artinya: “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang dholim di antara mereka, dan katakanlah: “Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri”. (QS. Al-’Ankabut : 46)
Keterangan : “Orang-orang yang dholim” dalam ayat di atas ialah: orang-orang yang setelah diberikan keterangan dan penjelasan dengan cara yang terbaik, mereka tetap membantah dan dan tetap menyatakan permusuhan.
6. Menyebutkan keburukan saudaranya dengan menyembunyikan kebaikannya .
Rasuullah SAW bersabda :
(كتاب موطأ لإمام مالك ١٥٦٥) حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ الْوَلِيدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَيَّادٍ أَنَّ الْمُطَّلِبَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حَنْطَبَ الْمَخْزُومِيَّ أَخْبَرَهُ
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا الْغِيبَةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَذْكُرَ مِنْ الْمَرْءِ مَا يَكْرَهُ أَنْ يَسْمَعَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنْ كَانَ حَقًّا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قُلْتَ بَاطِلًا فَذَلِكَ الْبُهْتَانُ.
(Muwatha’ Malik 1565): Telah menceritakan kepadaku Malik dari Al Walid bin Abdullah bin Shayyad bahwa Al Muthallib bin Abdullah bin Hanthab Al Makhzumi ia mengabarkan kepadanya, bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Apakah ghibah itu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Engkau sebut pada diri seseorang, sesuatu yang di benci jika mendengarnya.” Laki-laki itu bertanya lagi; “Wahai Rasulullah, walaupun yang diucapkan itu benar” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika yang engkau katakan itu hal yang batil, maka itu dusta.”
Ya Allah jauhkan diri kami dari perbuatan dan sikap dholim dalam hidup, yang kami sedar atau yang tidak kami sedar, jadikanlah kami sebagai hamba-Mu yang berkasih-sayang terhadap sesamanya. Aamiinn Yaa Robbal ‘Aalamiin.
Wallahu A’lam.
Jombang, Sabtu 13 Februari 2016
Penulis adalah Pengasuh Ponpes Safinatul Huda (Safinda), Bandung, Kec. Diwek, Kab. Jombang.
Telp: 085730590626 / 081231953999)
Catatan: Hakikinya, Ilmu adalah milik Alloh SWT. Silahkan sebarluaskan dan semga bermanfaat