BARENG, (kabarjombang.com) – Situs peninggalan kerajaan Majapahit masih menjadi daya tarik tersendiri bagi khalayak. Sejumlah peninggalan kerajaan yang pernah mencapai kejayaan semasa Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada ini, banyak tersebar di kawasan Kabupaten Mojokerjo,
Tapi, ada juga di Kabupaten Jombang, salah satunya bangunan Candi Arimbi. Bangunan candi bercorak agama Hindu ini terletak di Dusun Ngrimbi, Desa Pulosari, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang. Tepat berada di pinggir Jalan Raya Mojoagung-Wonosalam.
Sayangnya, hingga saat ini Candi Arimbi belum pernah mendapat perhatian ekstra dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang, atau pihak terkait. Kondisi puncak candi masih tetap tinggal separo alias tidak utuh. Sementara batu andesit reruntuhannya berada di pelataran candi.
Kepala Dusun (Kasun) Pulosari, Widji mengatakan, sebelumnya ada rencana pemugaran dan pemulihan dari pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Tapi hingga saat ini rencana tersebut belum juga terealisasi.
“Entah apa penyebabnya, kami tidak tahu. Mungkin saja, ada beberapa batu andesit yang runtuh saat itu, hingga kini belum ditemukan. Karena sempat ada beberapa batu ditemukan di pemukiman warga, bahkan ada yang ditemukan jauh dari pemukiman warga,” katanya.
Namun demikian, candi yang memiliki 17 jenis relief ini, masih menjadi jujugan pelajar dan masyakarat untuk menambah wawasan sejarah kebesaran kerajaan Majapahit. “Bangunan candi Arimbi sangat mempesona. Meski bangunannya sudah hilang separo, ini bisa menambah pengetahuan tentang sejarah Majapahit,” kata Reny, salah satu siswi SMA Negeri Ngoro, Kab Jombang.
Dia juga menyayangkan minimnya fasilitas bagi para pengunjung untuk menambah informasi sejarah Candi Arimbi. “Setidaknya ada bahan bacaan. Agar pengunjung tidak bingung mencari sumber dalam menggali informasi sejarah Candi Arimbi. Sayang juga kan, jika pengunjung hanya berfoto-foto saja, tapi informasi yang dibutuhkan tidak didapatnya,” katanya.
Sebagai informasi, konon, Candi Arimbi ini merupakan pintu gerbang masuk kerajaan Majapahit yang berada di bagian Selatan. Namun, ada beberapa sumber sejarah yang menyebut candi ini hanyalah petilasan anggota keluarga dan tentara kerajaan Majapahit.
Sekilas dari corak arsitekturnya, Candi Arimbi tidak jauh beda dengan sejumlah bangunan candi yang didirikan oleh kerajaan Majapahit. Dari sejumlah sumber sejarah, candi yang memiliki luas 896,56 meter persegi dengan tinggi 10 meter, lebar 6 meter dan panjang 8 meter itu merupakan representasi dari Prabu Tribuwana Wijaya Tungga Dewi yang memerintah pada tahun 1328-1350 Masehi.
Representasi Prabu Tribuwana Tunggadewi itu terukir dalam sebuah arca Purwati yang berada di pusat candi. Arca tersebut saat ini tidak berada di dalam candi, tapi tersimpan di Museum Nasional Jakarta.
Posisi candi yang terbuat dari Batu Andesit itu menghadap ke barat. Hal itu terlihat dari tangga masuk candi. Nama Arimbi sendiri merupakan nama salah satu tokoh pewayangan Mahabarata yakni Dewi Arimbi yang merupakan istri dari Prabu Bima Sena atau Werkodoro, salah satu Pandawa Lima.
Nama Dewi Arimbi ini kemudian dijadikan nama dusun tersebut. Konon, Dewi Arimbi yang merupakan adik dari Raja Raksasa Prabu Arimbo ini dimakamkan di salah satu tempat di dusun tersebut, sehingga nama dusun ini dinamakan sebagai Dusun Ngrimbi.
Sumber lain menyebut bahwa candi ini merupakan petilasan tempat peristirahatan anggota kerajaan Majapahit. Pendapat tersebut bisa jadi benar, sebab suasana sejuk sekitar candi yang memberikan kenyamanan bagi anggota kerajaan ketika berada di lerang gunung. (rief)