JOMBANG, KabarJombang.com – Salah satu hotel di Jombang, Jawa Timur harus berusaha keras memutar otak demi bertahan di tengah pandemi COVID-19.
Green Red Hotel yang berada di Jalan Soekarno-Hatta Jombang ini pun kini mencoba membuat terobosan-terobosan baru. Salah satu yang ditonjolkan yakni usaha restonya. Ada beberapa menu sedap dan menarik yang disajikan.
Salah satu yang ditawarkan kini adalah menu ‘Bakso Dandang’. Bakso yang satu ini sedikit berbeda dengan bakso-bakso lainya yang dijual dipasaran.
Sesuai namanya Bakso Dandang ini dijual secara online dengan kemasan panci rebus alias dandang sebagai wadahnya. Selain porisinya yang jumbo, sebab, satu paket bakso dandang ini bisa dinikmati oleh 5 orang, dandangnya pun akan diberikan cuma-cuma kepada pembelinya.
Lalu berapa harga yang dipatok? General Manajer Green Red Hotel Jombang, Riyadi Saputra mengatakan untuk satu paket Bakso Dandang dijual dengan harga sekitar Rp 153 ribu rupiah.
“Satu paket berisi sekitar 5 porsi, artinya bisa dinikmati oleh 5 orang, bonus dandangnya yang kami berikan, kami juga jual secara online dan gratis pengiriman di wilayah Jombang karena situasinya masih pandemi jadi cocok untuk order tanpa harus keluar rumah,” ungkapnya, Selasa (20/7/2021).
Untuk satu paket, selain pembeli bisa mendapatkan beberapa jenis bakso seperti siomay dan tahu berikut dandangnya, jugabakan diberikan sambal, saus dan sejumlah toping pelengkap lainya. Sejak awal dipromosikan sekitar satu bulan ini, jumlah peminat Bakso Dandang ini pun terbilang lumayan. Setiap hari tidak kurang dari 10 order yang diterima oleh Restoran Green Red ini.
“Lumayan bisa menambah untuk oerasional dan gaji pegawai,” imbuhnya.
Riyadi menungkapkan, ide membuat Bakso Dandang ini terinsipirasi dari adanya pembatasan yang diberlakukan Pemerintah, seperti PPKM darurat saat ini. Pembatasan tersebut diakuinya cukup berdampak besar terhadap usaha yang dia kelola tersebut.
Bahkan, sejak beberapa bulan terakhir, hampir tak ada tamu hotel yang datang menginap. Dari total sekitar 35 kamar dari berbagai kelas, sejak pandemi hanya laku sekitar 5-10 kamar saja per hari.
Hal ini praktis saja, membuat usaha penginapan ini nyaris bangkrut. Sehingga pihak hotel harus bekerja keras memutar otak untuk menutup biaya operasionalnya. Salah satunya dengan menojolkan usaha restonya.
Dijelaskan Riyadi, Biaya operasional hotel yang tak sedikit cukup membuat pemilik usaha penginapan tersebut kelabakan. Disisi gaji pegawai saja, setiap bulan, harus mengeluarkan anggaran hingga Rp 80 juta rupiah untuk total 35 orang pegawai.
“Itu belum biaya lain-lain seperti listrik dan pajak, serta lainya. Jadi kalau kami tidak membuat terobosan seperti kuliner ini, kami bisa tutup, karena tak ada pemasukan sedangkan operasional kami cukup tinggi,” jelas dia.
Riyadi berharap, ada sedikit keringanan yang diberikan pemerintah agar para pelaku usaha ini tetap bertahan ditengah masa pandemi COVID-19 ini. Seperti potongan biaya pajak maupun listrik.
“Soal imbauan protokol kesehatan tetap kami jalankan, kami siap apa yang dianjurkan pemerintah tetap kami jalankan, harapan kami mungkin ada potongan untuk pajak dan listrik, mungkin itu sedikit meringankan kami,” kata Riyadi memungkasi.