Batik Pewarna Alami Mojoagung Jombang, Bernilai Jual Tinggi

Nusa Amin dengan hasil batiknya. (Tigar)
  • Whatsapp

MOJOAGUNG, KabarJombang.com – Umumnya batik dilukis menggunakan pewarna sintesis. Namun, yang dikerjakan Nusa Amin (47), asal Dusun Sanan Selatan, Desa Mojotrisno, Mojoagung, Jombang ini memproduksi batik menggunakan pewarna alami.

Menurut NusaAmin memilih menggunakan pewarna alami karena ramah lingkungan. Memakai warna alam tapi tidak merusak alam. “Bahan pewarna bisa dari limbah gergajian kayu,” ucapnya kepada KabarJombang.com Selasa (1/6/2021).

Baca Juga

Dikatakan, bahan pewarna yang digunakan bisa diperoleh dengan mudah di hutan Wonosalam, yang tidak jauh dari rumahnya.

Pria asli Jombang ini mengaku mulai membatik sejak tahun 1995. Namun baru menggunakan pewarna alami pada awal 2012.

Lebih lanjut Nusa Amin mengatakan, selama satu setengah tahun ia merantau di Bali ikut orang selama satu setengah tahun, kemudian membuka usaha sendiri. Namun bangkrut,  delapan tahun kemudian mulai buka lagi di Jombang.

Selanjutnya tahun 2012 ditawari Disperindag Jombang untuk mengikuti pelatihan pewarna alam. “Sejak saat itu saya mengembangkan pewarna alam sampai sekarang, “ujarnya.

Dikatakan Nusa Amin, ada beberapa bahan yang digunakan sebagai pewarna alam. Di antaranya adalah buah jolawe, kulit mahoni, kayu secang, dan kulit kayu jure.

“Pembuatan pewarna alam itu sendiri dengan cara merebus bahan yang ada kemudian disaring. Biasanya saya langsung buat banyak untuk dijadikan stok,”jelasnya.

Dari usaha batik pewarna alam ini, omzet yang diperoleh Amin antara Rp 30 hingga Rp 50 juta tiap bulannya. Jumlah tersebut turun drastis hingga sebesar 50 persen dari omzet awal sebelum pandemi. Selain kain batik, Amin juga melayani penjualan produk jadi seperti baju dan sepatu.

Produk batik alam milik Amin ini telah terjual di beberapa daerah seperti, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, sampai Jakarta. Sementara harganya mulai dari Rp 150 ribu hingga sebesar Rp 2.500 ribu.

Sementara kendala yang dialami Amin adalah masalah pemasaran. Ia mengaku hanya menjual produknya lewat jejaring pertemanan.

Nusa Amin berharap pandemi Covid -19 segera berakhir. Pasalnya sebelum adanya pandemi, even pameran batik selalu ramai pengunjung. Namun saat pandemi Covid-19, omzetnya turun drastis.

“Dulu sebelum corona, sekali pameran bisa dapat uang sebesar Rp 30 juta. Tapi kemarin pameran di Surabaya saat corona hanya dapat Rp 5 juta saja,”pungkas pria yang pernah menjadi Ketua Asosiasi Batik Jombang ini. (MG2)

 

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait