DIWEK, KabarJombang.com – Warga Kabupaten Jombang dan sekitarnya, mungkin tak asing dengan nama “Mbah Bolong”, baik warga kalangan muda, paruh baya dan berusia tua. Pastinya, mereka akan menyebut Mbah Bolong adalah sang dai muda nan kondang.
Namun, warga kemungkinan tak banyak tahu nama sebenarnya Mbah Bolong. Juga sekarang tinggal di mana. Nama asli Mbah Bolong adalah KH Nur Hadi. Pendakwah yang dikenal materinya segar dan disisipi guyonan masa kini ini, tinggal di Dusun Gendong, Desa Watugaluh, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Sekaligus sebagai pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Falahul Muhibbin di sebelah kediamannya.
Lantas, mengapa sebutan “Mbah Bolong” melekat pada kiai muda ini yang menjadi pembina jamiyah salawat bernama “Seribu Rebana” ini?. Mengapa nama julukannya tidak dengan sebutan lebih keren sekaligus milenial?.
Mbah Bolong menyambut dengan senyuman saat ditanya demikian, ketika singgah di kantor Kelompok Faktual Media (KFM), untuk memberi ceramah agama memperingati Haul (Alm) Kasiman, orangtua salah satu warga di Perumahan Citra Raya Block E, Jalan Prof M Yamin, Pandanwangi Jombang, Rabu (12/8/2020).
Dikatakannya, asal muasal panggilan “Mbah Bolong” dimulai saat dirinya mondok di Pesantren Tambakberas, Desa Tambakrejo, Kecamatan/ Kabupaten Jombang, pada tahun 1991. Saat mondok, Nur Hadi remaja memang kerapkali latihan berpidato.
Nah, dalam pidatonya saat di pesantren, Nur Hadi remaja selalu menceritakan Mbah Bolong, santri Sunan Ampel yang dikenal bisa melihat Kakbah dari lubang pengimaman masjid Ampel, Surabaya.
“Saat di tengah-tengah berpidato itu, saya selalu menceritakan karomahnya Mbah Bolong, santri Sunan Ampel yang bisa melihat Kakbah dari Ampel. Bahan cerita Mbah Bolong itu saya ulang-ulang. Sehingga teman-teman saya di pondok secara alami memanggil saya Mbah Bolong. Dan sampai sekarang,” kenang Mbah Bolong.
Ditanya, apakah kerapnya bercerita karomahnya Mbah Bolong santri Sunan Ampel saat mondok, kemudian karomahnya mengikuti dirinya. “Semoga saja begitu,” katanya sambil tertawa.
“Yang pasti, sebutan Mbah Bolong dari teman-teman, cukup berpengaruh,” kata kiai yang langganan diundang untuk mengisi tausiyah di berbagai Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di Jawa Timur ini.
Dalam kesempatan ini, Mbah Bolong berpesan agar masyarakat bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian, termasuk pandemi Covid-19 ini.
“Ibarat orang di lautan, maka syariatnya, perahunya harus dilihat baik terus. Dalam artian syariat perahu itu ya ibadahnya dan tetap mengikuti protokol kesehatan dalam situasi seperti ini. Begitu juga toriqohnya dengan memperbanyak doa, meminta pertolongan kepada Allah SWT. Dan hakikatnya, pasti akan banyak hikmahnya. Setiap kejadian pasti akan ada pembelajaran yang Allah berikan,” pesannya.