JOMBANG, KabarJombang.com – Selalu jadi sasaran kampanye Caleg maupun Capres di Pemilu 2023, anak muda disebut harus kritis dan aktif dalam demokrasi, salah satunya menentukan hak pilih.
Hal tersebut terucap lewat Ketua Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Jombang, Rizal Abdillah.
Ia menyebut, anak muda khususnya di Jombang jangan hanya menjadi sasaran ladang kampanye semata. Namun, harus mau dan siap mengambil peran dalam membangun demokrasi yang sehat lewat Pemilu.
“Anak muda, kaum milenial itu selalu jadi sasaran kampanye politik saat ini. Jika hanya menjadi sasaran peran kita sebagai anak muda ini tidak akan terlihat. Maka dari itu ambil peran itu, jangan diam,” ucapnya saat dihubungi pada Jumat (15/12/2023).
Oleh sebab itu, pria yang identik dengan kacamatanya ini menggelar Agenda Dialog Kebangsaan mengangkat tema Pemuda, Demokrasi, Pemilu dan Masa Depan Indonesia, kegiatan tersebut diselenggarakan di Gedung Bung Tomo, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang, Kamis (14/12/2023) malam.
Agenda yang dimotori oleh PC PMII Jombang ini mengundang beberapa elemen seperti KPU, Bawaslu, Aktivis di Jombang dan perwakilan Polres Jombang.
Menurut Rizal, generasi muda merupakan penerus perjuangan generasi terdahulu untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Generasi pemuda menjadi harapan dalam setiap kemajuan di dalam suatu bangsa dengan ide-ide ataupun gagasan yang berilmu, wawasan yang luas serta berdasarkan kepada nilai-nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat.
“Anak muda harus diberikan pemahaman bahwa memberikan hak suara dalam pemilu sangat penting. Karena itu hak suara anak muda juga menentukan pimpinan sebagai penentu kebijakan yang nantinya kebijakan itu berdampak kepada anak muda itu kembali,” ungkapnya.
Ia juga mengutip dari buku Gagasan Millenial & Generasi Z untuk Indonesia Emas 2045 (2020) oleh Desi Ariani, hal penting dari penyelenggaraan Pemilu yakni keterwakilan anak muda untuk memilih siapa saja yang berhak duduk di kursi Presiden dan Wakil Presiden, DPR, bahkan gubernur.
Tak hanya itu, pria yang merupakan Sarjana di Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Jombang ini menyebut anak mudah harus ikut berpartisipasi dalam demokrasi karena anak muda akan masuk ke dalam masa penentuan kelanjutan sistem pemerintahan.
“Anak muda harus sadar penuh bahwa suara kami memiliki arti meskipun menjadi pemilih pemula. Kami sebagai anak muda akan merasa dengan memberikan suara, kami telah mengambil bagian dalam proses demokrasi,” jelasnya.
Seperti diketahui, pada tahun 2014, sebanyak 92,8 persen merupakan pemilih pemula yang didominasi oleh anak muda terutama kaum milenial.
Lebih lanjut, menurutnya, sistem pengambilan suara juga dipergunakan dalam proses pengambilan keputusan atau mufakat.
Bentuk musyawarah untuk mendapatkan mufakat sebagai bagian dari proses dasar berdemokrasi harus dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk berlatih sebelum terjun ke praktik demokrasi yang lebih luas.
Anak muda juga diajak mengenali dan menggali lebih dalam tentang pentingnya partisipasi tiap individu dalam kelompok, mulai dari kelompok kecil hingga dalam konteks masyarakat luas.
“Kalau perlu kami anak muda ini juga diajak juga untuk lebih peka melihat kesenjangan dan ketidaksetaraan yang terjadi di lingkungannya, serta mengenalkan peran anak muda dalam proses demokrasi,” ujarnya.
Oleh karena itu, digitalisasi atau pada era keterbukaan informasi ini adalah hal yang berpengaruh terutama untuk kepentingan sosialisasi dan kampanye pemilu agar awareness anak muda dapat tercipta dengan pemikiran yang baik terhadap politik. Itulah penjelasan mengenai pentingnya partisipasi anak muda dalam demokrasi.
Menanggapi fenomena itu, Aan Anshori, selaku Direktur LinK Jombang, mengatakan memang seharusnya anak muda itu harus memahami dan tidak buta politik, khususnya kaum muda di Kabupaten Jombang.
“Menurutku anak muda tidak boleh buta politik. Politik adalah sarana utana untuk terlibat memperbaiki kualitas kehidupan agar lebih baik melalui jalur elektoral,” katanya.
Menurutnya, anak muda harus sadar bahwa masa depan Indonesia di Pemilu 2024 sangat dipengaruhi mereka. Gen Z dan millenial mengokupasi sekitar 56 persen suara dari total seluruh pemilih.
“Itu sebabnya pemilih muda perlu kritis dalam mengevaluasi track record dan program yang ditawarkan calon legislatif maupun calon presiden,” katanya.
Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Gus Aan itu mengatakan, bahwa anak muda juga harus paham, bahwa sosok yang ia pilih itu harus menjadi representatif dirinya untuk duduk di kursi jabatan wakil rakyat.
“Jangan memilih pemimpin yang mempolitisasi identitas agama, etnis, gender untuk meraup suara. Pula, jangan melabuhkan suara pada mereka yang pernah tersangkut korupsi, pelaku kekerasan seksual dan menggunakan politik uang,” ungkapnya.
Sebagai informasi, rentang usia pemilih di Kabupaten Jombang di dominasi oleh generasi milenial usia 25-40 tahun.
Hal tersebut tercatat dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 Kabupaten Jombang. Sebagai informasi, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Jombang sudah merilis DPT untuk Pemilu 2024 di Kota Santri.
Rita Darmawati, Ketua Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih Partisipasi Masyarakat dan Sumber daya Manusia KPU Jombang menuturkan, jika kategori pemilih di Jombang di dominasi oleh pemilih milenial.
Untuk diketahui, total DPT Kabupaten Jombang untuk Pemilu 2024 nanti sebanyak 1.011.402 orang. Dimana ada 506.944 pemilih laki-laki dan 504.458 pemilih perempuan.
Dari jumlah 1.011.402 pemilih tetap tersebut, KPU Jombang membagi data pemilih menjadi beberapa kategori. Kategori tersebut di klasifikasikan kembali berdasarkan kelompok umur pemilih.
Seperti kategori Generasi Y atau Milenial dengan rentang usia 25-40 tahun Generasi Z rentang usia 17-24 tahun, Generasi X rentang usia 41-56 tahun, Baby Boomers rentang usia 57-76 tahun dan Pre Boomers rentang usia 75-118 tahun.