Covid-19 di Jombang Tembus 406 Kasus, Dewan Kritisi Kebijakan Pemkab dan GTPP

Kartiyono saat ditemui di raung kerja Komisi A DPRD Jombang.
  • Whatsapp

JOMBANG, FaktualNews.co – Berdasarkan rilis resmi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jombang per Kamis 16 Juli 2020, pasien positif di Kota Santri menembus angka 406 orang.

Sementara itu, pasien yang dirawat ada 254 orang, pasien sembuh 122 orang dan sementara yang wafat 30 pasien. Deretan angka ini membuat Kabupaten Jombang menduduki peringkat 5 kasus Covid 19 di Jawa Timur.

Baca Juga

Berkaca pada update data Dinkes Jombang, angka pasien positif Covid-19 di Jombang akhir-akhir ini terus naik. Tanggal 16 Juli 2020 saja, ada 21 orang terkonfirmasi positif. Puluhan orang ini berasal dari Kecamatan Peterongan sejumlah 5 pasien, Ploso 3 pasien, sementara Kecamatan Jombang, Mojoagung (2) dan Mojowarno ada 2 pasien.

Sisanya berasal dari Diwek, Bandar Kedungmulyo, Perak, Ngoro, Kabuh, Kudu dan Plandaan masing-masing satu pasien. Sedangkan satu pasien meninggal berasal dari Kecamatan Jombang.

Melihat fakta ini, Sekretaris Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Jombang, Kartiyono mengaku sangat prihatin. Ia meminta Bupati-Wabup Jombang Hj Mundjidah Wahab dan Sumrambah melakukan terobosan baru. Tidak terjebak dalam rutinitas tak produktif.

“Jika langkah yang dilakukan masih biasa-biasa seperti sekarang kurva-nya akan terus naik dan itu tidak kita inginkan bersama. Harus ada langkah yang luar biasa jika tidak mau terlambat,” jelasnya, Kamis (16/7/2020).

Menurut politisi PKB ini, Pemkab Jombang dan khususnya tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 masih setia pada langkah yang dilakukan saat ini. Masih biasa-biasa seperti sekarang, seperti hanya menutup jalan di malam hari dan kampung tangguh.

Hematnya, saat ini diperlukan perubahan perilaku, disiplin kolektif, dan yang paling penting lagi semuanya harus bersatu. Selebihnya itu, urusan Yang Maha Kuasa, serta yakin bisa memerangi semua.

“Tinggal pemerintah mau apa tidak. Saya melihat pemerintah masih terjebak pada hal-hal yang seremoni. Harusnya kita sudah tidak pada tataran itu. Edukasi masif, konkrit dan tegakkan disiplin. Tanpa kesadaran bersama, sulit rasanya kita menekan angka penyebaranya,” kritiknya.

Bagi Kartiyono, menghadang jauh lebih bagus ketimbang mengejar tracing dan treatment. Ini penting, tapi edukasi masif terpola dan konkrit, jauh lebih penting.

Sekuat apapun upaya mengejar Covid-19 tetap akan kalah cepat dengan virusnya. Kartiyono menandaskan, satu-satunya cara adalah menghadang virus dalam bentuk merubah perilaku dan disiplin kolektif.

Tak kalah pentingnya, semua lembaga pemerintah harus meninggalkan ego masing-masing dan bersatu untuk serius melawan Covid-19. Sehingga kordinasi berjalan lancar dan mulus dari atas ke bawah.

Efek koordinasi yang kurang baik ini, banyak masyarakat Jombang yang meremehkan wabah ini. Masyarakat mengkonsumsi informasi di berbagai media sosial, yang satu sama lain beda interpretasi dan akhirnya mereka menyimpulkanya dengan selera masing-masing.

“Sedangkan kita, termasuk Gugus Tugas masih berkutat pada hal-hal tak penting. Coba tegakkan disiplin, lakukan pengawasan secara ketat dan berikan sanksi bagi pelanggar bila perlu didenda, maka akan membuat jera bagi yang berperilaku masa bodoh,” tandas Kartiyono.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait