Mimpi Besar Anak Petani dari Ngawi, Kerja Serabutan, Bisnis Bangkrut hingga Jadi Magister

foto : prosesi wisuda di universitas pesantren tinggi darul ulum Jombang. (Anggit Pujie Widodo)
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Anak Petani dari Ngawi ini datang ke Jombang dulunya hanya berbekal Rp 10 ribu saja. Kini, ia lulus magister di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang.

Anak itu bernama Rohmadi (26) tahun. Dibesarkan dari kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai petani di Ngawi, Jawa Timur, Rohmadi datang ke Jombang sekitar tahun 2015 hanya bermodalkan uang Rp 500 ribu saja yang diberikan oleh ibunya.

Baca Juga

Dirinya nekat menempuh perjalanan jauh demi satu tujuan, memperbaiki ekonomi keluarga dan membahagiakan kedua orang tua. Dengan menggunakan bis, Rohmadi muda berangkat dari Ngawi menuju Jombang.

Pria lulusan MA Syarifatul Ulum Katerban itu memulai kisah perjalanannya dari desa kecil ujung kulon Kabupaten Ngawi yakni Desa Pandean, Kecamatan Karanganyar tempat ia dibesarkan dalam keluarga sederhana.

Ayah dan ibunya merupakan seorang buruh tani tebu di desa yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Perjalanannya merantau ke Jombang merupakan pertama kali dalam hidupnya. Demi menggapai cita-cita menjadi akademisi, ia harus rela dari keluarga kala itu.

Kedua orang tuanya sempat berat melepasnya untuk melanjutkan pendidikan Strata 1 usai lulus SMA karena kesulitan ekonomi. Kedua orangtuanya lebih memilih agar dia menetap di Ngawi dan langsung bekerja.

Hal itu sempat membuat ia ragu, namun tekad nya kuat, ambisinya tak terbendung hingga ia memutuskan untuk tetap berangkat ke Kota Santri. Kedua orangtuanya pun tak bisa melarang niat baik anaknya.

Izin pun diberikan, ibunya pun mengeluarkan sejumlah uang sebesar Rp 500 ribu untuk diberikan kepada Rohmadi sebagai bekal di perjalanan. Dengan uang itulah, ia berangkat mencari hidup yang lebih baik.

“Berkat doa orang tua sebagian mimpi saya sudah tercapai. Saya juga tidak menyangka bisa sampai lulus S2. SMA saya sekolah ikut orang, S1 sambil kerja serabutan pernah ikut jadi tukang las, jaga pom mini, jualan mie ayam dan sebagainya yang penting bisa kuliah waktu itu,” ucapnya Minggu (24/9/2023).

“Waktu itu, hanya modal nekad saja. Dikasih uang saku ibu Rp 500 ribu hasil jual tanah sewa. Saya menyadari bahwa ekonomi keluarga memang sulit yang mengharuskan saya harus kuliah sambil kerja,” ungkapnya.

Perjalanan pun dimulai, ia berangkat Jombang dengan modal seadanya, uang saku yang tak begitu banyak dan doa orangtuanya. Ambisinya untuk menjadi seorang akademisi membuat niatnya bulat.

Dari Terminal Kertonegoro Ngawi, ia naik bis. Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, bis pun tiba di Terminal Kepuhsari Jombang. Rohmadi turun dan menapakkan jejak kaki pertamanya di Kabupaten Jombang.

Awal sampai di Kabupaten Jombang, sejatinya ia sudah punya kenalan dan tujuan pertamanya ketika sampai di Jombang memang menemui kenalannya itu. Namun, karena bingung mencari kendaraan, ia memutuskan untuk naik becak dengan tujuan ke Diwek Jombang.

Nahasnya, entah memang dikerjai atau memang biayanya mahal. Biaya untuk naik becak motor itu saja Rp 100 ribu. Sedangkan, uang Rp 500 ribu yang ia bawa sudah mulai menipis untuk biaya naik bis.

Meski begitu ia tetap memutuskan untuk naik becak tersebut menuju Diwek, Jombang. Singkat waktu, Rohmadi memulai masa pendidikannya di Jombang dengan masuk ke Manajemen Pendidikan Islam di STIT Al-Urwatul Wutsqo Jombang.

Selama masa kuliah itu, ia tinggal di asrama kampus. Jika biasanya anak kuliah masih menerima kiriman sangu dari orangtuanya, Rohmadi tidak. Ia memilih untuk bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan juga biaya kuliah.

Selama kuliah itu, ia sempat berpindah-pindah tempat kerja. Mulai dari menjadi penjaga Pom Mini di daerah Diwek dekat kampusnya, menjadi tukang las, menjadi tukang foto kopi bahkan sempat berjualan Mie Ayam di dekat kampusnya juga.

Saat bekerja itu pun, ia tetap tinggal di asrama dan harus keluar masuk asrama dan membagi waktunya untuk ngaji di asrama, kuliah dan bekerja. Untuk kesehariannya, karena dulu ia tidak bisa mengendarai sepeda motor, ia berjalan kaki untuk melakukan aktifitas sehari-hari.

Seperti berangkat kuliah maupun bekerja. Pada satu waktu, ketika pernah bekerja di tempat foto kopian, uang hasil bekerja itu ia kumpulkan dan dibelikan sepeda kayuh, untuk bepergian kemanapun. Itu ia lakukan untuk mempermudah aktivitasnya karena ketika itu ia juga belum bisa mengendarai sepeda motor.

Kehidupan keluarganya yang sangat sederhana, mengharuskan ia untuk bisa mandiri sejak dini. Pekerjaan apapun ia lakukan untuk tidak memberatkan beban orang tuanya waktu itu. Empat tahun menjalani kuliah S1 ia pun lulus dan resmi menyandang status sarjana.

Selepas menyandang status sarjana, Rohmadi yang juga aktif berorganisasi ini sempat berjualan gorengan, dengan menjualnya ke beberapa kafe. Hasil yang tidak seberapa itu ia gunakan untuk memenuhi kehidupan pasca lulus S1.

Namun, seiring berjalannya waktu, ia pun kemudian mendapatkan pekerjaan. Tawaran pekerjaan itu datang dari sahabatnya, ia ditawari menjadi wartawan untuk menggantikan posisi sahabatnya yang waktu itu akan pindah kerja ke Jakarta.

Tanpa basa basi, Rohmadi pun menerima tawaran pekerjaan itu dan sampai saat ini ia juga masih menggeluti profesinya sebagai wartawan. Darimana kehidupannya mulai membaik, ia sudah memiliki penghasilan dan sudah bisa membeli sepeda motornya sendiri karena ia sudah lumayan lancar untuk berkendara dengan sepeda motor.

Meskipun sudah bekerja, niatnya untuk menjadi akademi tidak luntur. Waktu itu, ia mencoba untuk mendaftarkan diri menempuh pendidikan S2 di Unipdu Jombang. Biaya lagi-lagi jadi hambatan, ketika itu. Namun, seolah rezeki terus mengarah padanya, tawaran beasiswa masuk.

Dengan beasiswa yang ia peroleh itu, bisa ia manfaatkan dengan baik hingga pada akhirnya ia menyandang status sebagai Magister.

“Saya selalu yakin niat yang baik akan selalu ada jalan terang yang akan menghampiri saya. Dan yang tak kalah penting adalah restu dari Ibu, alhamdulillah selalu dipertemukan dengan orang-orang baik,” ungkapnya.

“Alhamdulillah, berkat menjadi seorang jurnalis saya dipertemukan dengan Gus Ufik dan diperkenankan untuk melanjutkan studi kembali di Unipdu Jombang,” jelasnya.

Ketika ditanya tentang keseimbangan antara kuliah dan pekerjaan, pria dengan predikat Cumlaude IPK 3,76 itu menerangkan jika hal tersebut memang berat untuk dijalani secara seimbang. Membutuhkan energi yang lebih untuk tetap konsisten dengan prinsip dan tujuan utama.

“Itu memang tidak mudah, tapi saya yakin bahwa pendidikan adalah kunci untuk perubahan yang lebih baik dalam hidup. Saya berusaha semaksimal mungkin untuk membagi waktu antara kuliah, pekerjaan, dan juga waktu bersama teman-teman diperantauan,” imbuhnya.

Ia juga berbagi nasihat bagi pemuda yang ingin mengejar pendidikan tinggi, yakni jangan takut untuk bermimpi besar, dan jangan pernah menyerah. Kekuatan tekad dan kerja keras akan membawa ke tempat yang siimpikan, meskipun harus melewati berliku-liku perjalanan.

“Yakinlah tekad yang kuat dan usaha maksimal, siapa pun dapat mencapai impian mereka, terlepas dari latar belakang atau kendala yang mungkin mereka hadapi. Semangat dan terus berjuang,” pungkasnya.

Sementara itu, Samiyem ibunda Rohmadi merasa bangga dan tak bisa meluapkan rasa bahagianya. Terlihat tetesan air mata mengalir di pipi kusutnya. Sara syukur terus ia panjatkan saat melihat anak nomor 2 nya bisa lulus sampai S2.

“Ketika Rohmadi masih kecil, saya selalu memberikan dukungan dan motivasi padanya untuk belajar. Saya tahu, pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu masa depan yang lebih baik. Meskipun saya dan bapaknya tak pernah tamat sekolah SD. Saya memang buta huruf tapi jangan pada anak-anak ku,” kata Samiyem dengan mata berbinar.

Menurutnya, Rohmadi merupakan anak yang nekad dalam hal mencari ilmu. Ia sempat menyuruh Rohmadi untuk tidak melanjutkan pendidikan hingga tinggat SMA karena keterbatasan ekonomi.

“Orangnya itu nekad, waktu SMA disekolahkan oleh Guru SMP nya, kuliah S1 sambil kerja serabutan. Saya cuma pesan 1 hal dimanapun berada jaga sopan santun dan berbuatlah baik kepada orang sudah itu saja. Alhamdulillah berkat perjuangannya sekarang sudah lulus S2 dan ia masih punya rencana untuk lanjut S3, entahlah semoga ada jalan menuju impian mu nak,” pungkasnya.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait