Delapan SMP/MTs Mitra USAID Prioritas di Jombang Ikuti Pelatihan Modul III

Cahyadi Widi Wahyono, Spesialis Whole School Development USAID Prioritas Jawa Timur (tengah), Koordinator USAID Prioritas Kabupaten Jombang, Saifullah (kanan) saat diwawancari wartawan di sela-sela pelatihan. (FOTO: RIEF)
  • Whatsapp

JOMBANG, (kabarjombang.com) – Sebanyak 40 orang, terdiri dari satu kepala sekolah, dua guru, dua komite sekolah, mengikuti pelatihan Modul III yang digelar USAID Prioritas, di Aula SMAN 3 Jombang, Rabu (21/8/2016). Mereka berasal dari delapan sekolah lanjutan pertama di Kabupaten Jombang yang menjadi mitra USAID Prioritas.

Kedelapan sekolah tersebut, masing-masing SMP Negeri 1 dan 2 Kecamatan Diwek, SMP Negeri 1 dan 2 Kecamatan Bareng, SMP Negeri 1 Jogoroto, serta SMP A Wahid Hasyim Tebuireng Jombang. Selanjutnya, MTsN (Madrasah Tsanawiyah Negeri) Diwek dan MTsN Bareng.

Baca Juga

Koordinator USAID Prioritas Kabupaten Jombang, Saifullah mengatakan, masih-masing sekolah mengirimkan lima delegasi. Ini merupakan pelatihan lanjutan dari modul sebelumnya. “Sebelum masuk modul tiga, kami juga melakukan evaluasi modul dua. Dengan begitu kita bisa mengetahui apakah metode pembelajaran CTL (Contekstual, Teaching, Learning), budaya membaca, sudah dipraktikkan atau belum,” katanya.

Sementara Cahyadi Widi Wahyono, Spesialis Whole School Development USAID Prioritas Jawa Timur mengatakan, dalam pelatihan dengan modul I, II, III ini, peserta dilatih tentang Managemen Berbasis Sekolah. Pada modul II adalah pengenalan budaya baca, melalui membaca senyap, dan 15 menit membaca pada siswa sebelum pembelajaran dimulai, dengan memanfaatkan buku-buku yang berada di sudut ruang kelas dan di perpustakaan.

Pelatihan modul III ini merupakan rangkaian pelatihan terakhir. Fokusnya, pada pengembangan implementasi budaya baca. Artinya, indikator kemajuan keberhasilan sekolah yang disampaikan pada modul sebelumnya, dipresentasikan secara transparan, yakni melalui foto dan dokumen.

“Sehingga semua akan tahu hasilnya, sekolah mana yang sudah melaksanakan indikator-indikator yang sudah ditentukan. Diantaranya, pembelajaran, managemen sekolah, dan peran serta masyarakat (PSM),” katanya.

Disamping itu, kata Cahyadi, pada pelatihan ini, delapan sekolah mitra juga didorong mewujudkan klub baca, mini drama. Menurutnya, jika hal tersebut dilakukan secara berkelanjutan, maka budaya membaca tidak hanya hadir di luar jam pelajaran. Namun menjadi satu kesatuan dengan setiap mata pelajaran.

“Khusus budaya baca ini, kami memiliki jargon yang dikenal dengan sebutan PSK. Yakni, Pembiasaan 15 menit sebelum pelajaran dimulai, Suplay buku, dan Keteladanan. Artinya, kepsek, dan guru memberi contoh dalam membudayakan membaca,” kata Cahyadi.

Tiap sekolah mempresentasikan indikator kemajuan sekolah, yang dipajang di dinding. (FOTO: RIEF)
Tiap sekolah mempresentasikan indikator kemajuan sekolah, yang dipajang di dinding. (FOTO: RIEF)

Ditambahkannya, hasil evaluasi masing-masing sekolah yang dipresentasi melalui sarana yang dipajang di dinding ruang pelatihan, cukup bagus. Dari hasil sampling di tiga sekolah, semuanya sudah menerapkan metode tersebut. Termasuk menyediakan pojok baca di masing-masing sekolah. “Bahkan dalam manajemen sekolah, antara guru, komite dan kepala sekolah sudah terlibat secara aktif,” terang Cahyadi. (rief)

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait