JOMBANG, KabarJombang – Panen raya nampaknya tidak dirasakan oleh sebagian petani padi desa Banjaragung Bareng Jombang. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor yang membuat hasil padi tidak optimal.
Faktor penyakit hingga cuaca menjadi penyebab petani mengalami kerugian yang membuat petani desa Banjaragung mengeluh.
“Hasil panen saat ini tidak maksimal karena padi yang saya tanam roboh gara-gara cuaca hujan dan angin berturut-turut. Akibatnya lahan sawahnya digenangi oleh air,” jelas Roikah, salah satu petani padi asal Dwsa Banjaragung.
Kerugian dirasakan oleh Roikah lebih dari Rp 1.000.000. Hal tersebut mengakibatkan panen yang dihasilkan sangat tidak optimal tidak sebanding dengan sebelumnya.
“Kerugian yang saya alami kurang lebih Rp 3.000.000 dari luas 350 bata. Hasil yang diperoleh 2 ton 6 kuintal. Sedangkan, sebelumnya saya memperoleh bisa sampai 3 ton 2 kuintal,” ujar Roikah.
Hal serupa juga dialami oleh Sipin Atmuji. Hasil panen padi kurang optimal, ia rasakan karena dampak hamam
“Hasil panen saya tidak maksimal karena terkena hama atau penyakit sundep. Luas sawah yang saya milik 275 bata. Hasil panen saya hanya sekitar 1 ton 4 kuintal sangat mengalami penurunan dari biasanya bisa sampai 2 sampai 3 ton,” jelas Sipin Atmuji.
Kerugian dialami oleh Sipin Atmuji terkait kurangnya Maksimal panen memberikan ketidak sesuaian dengan pengeluarannya saat ini.
“Kalau dibilang rugi. Memang rugi karena tidak sebanding dengan perawatan yang saya lakukan selama ini mulai dari pembelian pupuk, pembelian mes, dan biaya buruh-buruh tani tidak seimbang dengan hasil panen saya yang hanya dihargai Rp 5.800 per kilonya,” ucap Sipin Atmuji.
Respon Dinas Pertanian Jombang
Merespon hal tersebut, Kepala Dinas Pertanian Jombang, Much Rony Kepala menyatakan, jika pemerintah sudah berupaya membantu petani dalam meningkatkan hasil panen gabah yang optimal.
“Jadi saya sudah konfirmasi dengan tim koordinasi penyuluh. Intinya untuk SOP pengendalian sudah kami lakukan. Pertama kami sampaikan upaya tanam serempak, namun di desa Banjaragung karena sumber airnya mengalir terus menjadikan penyebab tanam serempak sulit dikendalikan. Kedua memang benar faktor cuaca menjadi sumber munculnya penyakit pada tanaman karena kondisinya lembab,” ujar Much Rony.
Faktor cuaca hujan dan angin yang sering melanda desa Banjaragung akhir-akhir ini, menjadi permasalahan tersendiri bagi para petani. Sebab, banyak tanaman mereka terkena penyakit sampai tanaman padi mereka roboh akibat angin dan hujan.
Much Rony menghimbau untuk segera adanya tindakan preventif demi menanggulangi faktor cuaca yang menjadi permasalahan tersendiri bagi para petani desa Banjaragung kecamatan Bareng Jombang.
“Ada tindakan preventif, sebaiknya tidak menggunakan bahan kimia. Kami saat ini melakukan pembinaan kepada petani untuk membudidayakan tanaman sehat. Tanaman sehat lebih mengutamakan bahan-bahan organik. Termasuk pestisida yang digunakan adalah pestisida nabati. Kami sudah melakukan gerakan kuratif penyelesaian yakni dengan melakukan gerakan pengendalian (gerdal), jika sudah berada diambang batas maka kami lakukan penyemprotan. Sementara di desa Banjaragung menurut tim kami sudah dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida dari dinas,” imbuhnya.
Sementara itu, Much Rony mengimbau agar penjualan hasil panen gabah petani untuk dijual atau diarahkan ke Bulog.
“Kami merespon terkait beberapa petani yang takut karena beranggapan sistem penjualan ke Bulog ribet, sebenarnya setiap aturan pemerintah sudah ada langkah-langkah yang tersistematis. Sangat berbeda dengan para tengkulak. Tahapan dari Bulog tidak membayar secara cash langsung seperti para tengkulak lainnya, melainkan pembayaran dilakukan tempo maksimal 2 hari oleh Bulog ke nomor rekening kelompok petani atau petaninya. Kami bersama pihak-pihak lainnya sudah melakukan sosialisasi ke para petani terkait mekanisme penjualan ke Bulog,” tutup Much Rony.