JOMBANG, KabarJombang.com – Jika dibandingkan dengan musim pertama tahun 2020 lalu. Harga gabah di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngoro, Jombang turun drastis
“Harga kisaran Rp 3.000 hingga Rp 3.500 per kilogram dengan kondisi gabah kering sawah, untuk musim panen saat ini,” ungkap Zahir Sekertaris Gapoktan Desa Sugihwaras.
Harga Rp 3.000 adalah pemilik padi yang menyiapkan tenaga kerja untuk memanen, bukan dari penebas. Jika dibandingkan pada musim panen tahun 2020, harga saat ini lebih murah.
“Sebelum adanya wacana impor beras, kisaran harga gabah masih Rp 4.000 hingga Rp 4.800 pada bulan Januari. Tapi setelah ada isu impor beras harga langsung anjlok,” katanya pada KabarJombang.com, Selasa (23/2/2021).
Dikatakan, saat ini belum mendekati panen raya, harga sudah turun drastis. Biasanya panen raya tiba sekitar akhir bulan April harga gabah selalu turun.
“Seharusnya pemerintah tidak usah ada kabar seperti ini. Kami menolak impor beras. Harapan petani ketika panen harga tinggi. Jika ada isu seperti ini harga semakin ke bawah,” katanya.
Selain itu, banyak kekhawatiran yang terjadi pada musim panen kali ini. Di Desa Sugihwaras petani khawatir padinya tidak laku, sebab hampir tidak ada tengkulak.
“Mungkin stok beras di pasaran banyak ya. Hingga tidak ada tengkulak. Padahal harapan petani ingin berasnya ini diserap, tapi malah merugi banyak, akibat biaya produksi yang tinggi,” tambahnya.
Harga gabah secara tebasan jika dijual per ukuran, harganya lebih turun lagi. Sebab panen kali ini dipatok harga Rp 2,5 juta per seratus ru atau setara dengan 104 meter persegi.
Zahir dengan tegas menolak impor beras. Sebab seharusnya pemerintah bisa menyerap gabah petani dengan harga yang ideal sesuai harga produksi yang sudah dikeluarkan.
“Tanam kemarin, mulai dari pupuk sampai biaya buruh tani itu naik, tapi saat panen hancur harganya. Seharusnya ini bisa diserap Bulog selaku usaha milik pemerintah di bidang beras, biar harga tidak hancur,”pungkasnya.