PETERONGAN, KabarJombang.com – Dorongan berbagai elemen agar menutup pasar Peterongan selama 14 hari, tak membuat bergeming Pemkab Jombang. Meski menggunakan sistem ganjil genap, pasar tradisional ini kembali dibuka.
Meski tak seperti biasanya, pasar yang baru saja mengalami pemugaran tersebut nampak lengang. Perputaran ekonomi di pasar ini tidak juga cepat sebagaimana sebelum ditemukan klaster Pasar Peterongan. Kondisi ini pun dikeluhkan sejumlah pedagang.
Mutinah, salah satu pedagang sayuran mengaku kondisi pasar cukup sepi pelanggan. “Entah karena hari ini awal dibuka dengan sistem ganjil genap, atau pembeli yang takut karena sudah muncul klaster Pasar Peterongan, yang pasti kondisi nya sepi,” ungkap dia, minggu (7/6/2020).
Warga Jogoroto yang telah lama membuka lapak di pasar ini menyebut, omzet penjualannya seketika menurun drastis. Sebelum muncul klaster pasar Peterongan, dia mampu mengantongi uang Rp.300 ribu hingga Rp 400 ribu. Namun di jam dan hari yang sama, ia hanya bisa mengumpulkan uang hasil dagangan sebesar Rp 150 ribu.
“Biasanya jam segini pembeli bisa mencapai lebih dari 10 orang, ini tadi baru 3 sampai 4 pembeli saja. Biasanya saya jualannya dari jam setengah 4 pagi hingga 12 siang, sekarang mending saya tutup lebih awal saja percuma pasar masih sepi,” papar Mutinah.
Tak jauh beda disampaikan Sofi, pedagang makanan ringan yang lapaknya tak jauh dari tempat Mutinah menyebut, hampir seluruh pedagang merasakan imbas pasca ditemukan nya klaster pasar Peterongan. Pembeli sepertinya menurut Sofi, enggan ke pasar karena takut terpapar corona. “Ditambah penerapan sistem ganjil genap, makin sepi saja, mending ditutup tapi kebutuhan hidup kami tolong dipenuhi,” pungkas Sofi.