JOMBANG, KabarJombang.com – Pergaulan dan hubungan seksual bebas jadi penyebab tingginya kasus HIV/AIDS di Kabupaten Jombang.
Dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jombang, per Januari hingga bilan Oktober 2023, kasus HIV/AIDS di Jombang yang punya julukan ‘Beriman’ mencapai 229 orang.
Menurut Haryo Purwono, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Dinkes Jombang tingginya kasus HIV/Aids di kota Santri yang mencapai ratusan disebabkan karena pergaulan dan hubungan seksual bebas.
“Memang faktor itu, pergaulan bebas menjadi faktor utama yang paling banyak menyebabkan HIV/Aids,” ucapnya, Senin (4/12/2023) saat dikonfirmasi di Hotel Yusro, Jombang.
Lebih lanjut, Haryo menjelaskan, dari ratusan jumlah kasus itu, paling banyak terjangkit adalah orang yang berada di usia yang masih matang dan produktif yakni usia 25 sampai 49 tahun.
Selama tiga tahun terakhir, data kasus HIV/Aids di Jombang juga terbilang naik turun. Namun, terhitung sejak tahun 2021 ke tahun 2023 kasus terung melonjak.
“Tahun 2020 itu ada 179 kasus, 2021 ada 156 kasus artinya ada penurunan. Tapi di tahun 2022 naik lagi menjadi 196 kasus dan sampai tahun 2023 ini naik lagi menjadi 269 kasus,” ungkapnya.
Artinya, sejak tahun 2022 ke 2023 ada peningkatan kasus sebanyak 73 kasus. Dalam menyikapi hal tersebut, pihaknya juga mengaku selalu melakukan sosialisasi ke sekolah, lembaga dan sejumlah kelompok masyarakat.
“Untuk kasus ini, di Jombang sendiri penyebarannya ada di lima kecamatan, yakni di Kecamatan Jombang ada 24 kasus, Kecamatan Jogoroto dan Mojoagung masing-masing 18 kasus, Kecamatan Diwek 17 kasus dan Kecamatan Kabuh 15 kasus,” pungkasnya.
Sementara itu, melansir Data books, dari data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, jumlah kasus HIV (human immunodefiency virus) di Indonesia diproyeksikan mencapai 515.455 kasus selama Januari-September 2023.
Dari total tersebut, 454.723 kasus atau 88% sudah terkonfirmasi oleh penderitanya atau orang dengan HIV (ODHIV). Kemenkes menyebut, baru 40% ODHIV yang mendapatkan pengobatan HIV.
“Gap yang paling besar adalah bagaimana memasukkan para ODHIV itu untuk mulai pengobatan,” kata Direktur Pencegahan dan Pengedalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi dalam konferensi pers virtual, Kamis (30/12/2023).
Menurut usianya, pengidap HIV di Indonesia mayoritas dari kelompok usia 25-49 tahun, yakni sebanyak 69,9% dari total kasus tersebut.
Kemudian kedua terbanyak dari kelompok usia 20-24 tahun sebanyak 16,1%. Diikuti oleh usia di atas 50 tahun sebanyak 7,7% dan 15-19 tahun 3,4%.
Penderita segmentasi anak-anak, yakni usia balita atau di atas 4 tahun sebanyak 1,9% dan usia 5-14 tahun 1%.
Menanggapi tingginya kasus HIV di Tanah Air, Kemenkes menerapkan sejumlah upaya penanggulangan seperti promosi kesehatan, pencegahan, penemuan kasus, dan penanganan kasus.
“Kami melakukan kombinasi pencegahan pada populasi kunci mulai dari pemberian kondom, pelicin, skrining dan pengobatan IMS, alat suntik steril, dan terapi rumatan mentadon,” kata Imran.