Penyakit Usus Buntu, Gejala, Penyebab dan Pengobatannya

Ilustrasi. (Istimewa).
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Penyakit usus buntu atau apendisitis, merupakan kondisi peradangan pada usus buntu (apendiks). Perlu diketahui bahwa usus buntu merupakan organ berbentuk kantong yang tersambung ke usus besar dari sisi kanan bawah perut.

Meski siapa pun dapat terkena radang usus buntu, tapi penyakit ini paling sering terjadi pada orang berusia antara 10 dan 30 tahun. Tanpa penanganan yang tepat, penyakit usus buntu dapat menjadi serius dan menyebabkan usus buntu pecah. Kondisi tersebut dapat menimbulkan nyeri hebat yang dapat berdampak fatal.

Baca Juga

Penyebab Usus Buntu

Apendisitis dapat terjadi ketika usus buntu tersumbat oleh hal tertentu. Misalnya seperti kotoran, benda asing (sesuatu di dalam tubuh yang tidak seharusnya ada), hingga kanker. Penyumbatan juga dapat terjadi akibat infeksi, karena usus buntu dapat membengkak sebagai respons terhadap infeksi apa pun di dalam tubuh.

Faktor Risiko Usus Buntu

Apendisitis bisa menyerang siapa saja. Tetapi beberapa orang mungkin lebih mungkin mengembangkan kondisi ini daripada yang lain. Faktor risiko untuk radang usus buntu meliputi:

  • Usia. Apendisitis paling sering menyerang remaja dan orang berusia di antara 10-30 tahun, tetapi dapat terjadi pada usia berapa pun.
  • Jenis Kelamin. Apendisitis lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
  • Riwayat Keluarga. Orang yang memiliki riwayat keluarga apendisitis berada pada risiko tinggi untuk mengembangkannya.

Gejala Usus Buntu

Gejala usus buntu pada masing-masing pengidap akan bervariasi, tergantung pada lokasi, usia, serta posisi usus buntu. Kendati demikian, gejala penyakit usus buntu pada umumnya dimulai sebagai kram ringan di perut bagian atas, atau daerah pusar yang kemudian pindah ke kuadran kanan bawah perut.

Rasa sakit ini biasanya terjadi tiba-tiba, memburuk saat bergerak atau batuk, berbeda dengan sakit perut normal, dan memburuk dalam beberapa jam sampai membuat tidur tidak nyenyak. Sementara itu, gejala lain dari usus buntu mungkin termasuk:

  • Kehilangan selera makan.
  • Gangguan pencernaan.
  • Mual.
  • Muntah.
  • Pembengkakan perut.
  • Demam ringan.

Pada kasus yang jarang, pengidap apendisitis juga dapat mengalami beberapa masalah usus. Misalnya seperti diare, sembelit, ketidakmampuan untuk kentut. Jika kamu mengalami konstipasi dan menduganya sebagai radang usus buntu, hindari mengonsumsi obat pencahar atau enema. Sebab, perawatan ini dapat menyebabkan usus buntu pecah jika memang konstipasi disebabkan oleh apendisitis.

Diagnosis Penyakit Penyakit Usus Buntu

Jika muncul sejumlah gejala usus buntu, dokter akan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang untuk memastikannya. Dalam melakukan pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa dan memastikan apakah nyeri benar berasal dari usus buntu yang meradang.

Cara termudah adalah dengan menekan dengan lembut pada area yang sakit. Ketika tekanan tiba-tiba dilepaskan, nyeri perut usus buntu biasanya akan terasa hebat, yang menandakan bahwa peritoneum yang berdekatan meradang.

Dokter mungkin juga akan mencari kekakuan perut dan kecenderungan pasien mengeraskan otot-otot perut. Kondisi tersebut merupakan respons terhadap tekanan pada usus buntu yang meradang.

Selain itu, ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan guna membantu diagnosis penyakit usus buntu, seperti:

  • Pemeriksaan darah. Tes ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan dari sel darah putih, dan laju darah yang mengindikasikan adanya suatu infeksi dan peradangan.
  • Tes urine. Pemeriksaan urine dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis lain, seperti infeksi saluran kemih atau batu pada saluran kemih yang dapat memberikan gejala nyeri yang menyerupai penyakit usus buntu.
  • Pemeriksaan pencitraan. USG adalah pemeriksaan pencitraan yang paling sering digunakan untuk mendiagnosis penyakit usus buntu. Selain itu, CT-Scan, dan foto X-ray abdomen juga dapat digunakan untuk memastikan diagnosis dari usus buntu.

Pengobatan Penyakit Usus Buntu

Apendisitis hampir selalu dianggap sebagai keadaan darurat. Oleh karena itu, pengobatan yang dapat dilakukan kemungkinan besar akan melibatkan antibiotik diikuti dengan pembedahan (apendiktomi), untuk mengangkat usus buntu. Perawatan penyakit usus buntu juga dapat dilakukan melalui:

  • Drainase jarum atau operasi untuk mengeringkan abses sebelum menjalani operasi, jika abses belum pecah.
  • Penggunaan obat pereda rasa sakit.
  •  Pemberian cairan Intravena.
  • Diet cairan.

Pasca menjalani operasi pengangkatan usus buntu, dokter juga mungkin akan meresepkan antibiotik dan pereda nyeri untuk mendukung proses pemulihan. Selain itu, ada beberapa hal yang juga perlu dilakukan oleh pengidap penyakit usus buntu, yaitu:

  • Perbanyak waktu istirahat.
  • Minum banyak cairan.
  • Jalan-jalan santai setiap hari.
  • Hindari aktivitas berat dan mengangkat benda berat sampai dokter menyatakan kalau hal itu aman untuk dilakukan.
  • Menjaga area sayatan bedah tetap bersih dan kering.
  • Dalam beberapa kasus, dokter juga mungkin mendorong pengidap usus buntu untuk menyesuaikan pola makan.

Jika sedang menjalani perawatan penyakit usus buntu, jangan ragu untuk konsultasi dengan dokter berpengalaman yang akan membantu untuk menjalani pemulihan lebih cepat dan tepat.

Komplikasi Penyakit Usus Buntu

Tanpa penanganan yang tepat, penyakit usus buntu dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius, seperti:

  1. Apendiks pecah

Apendiks yang pecah menyebabkan infeksi tersebar ke seluruh perut (peritonitis). Kondisi ini mungkin mengancam jiwa, sehingga membutuhkan operasi segera untuk mengangkat usus buntu dan membersihkan rongga perut.

  1. Terbentuk kantung nanah di perut

Bila usus buntu pecah, mungkin akan terbentuk kantung infeksi (abses). Dalam kebanyakan kasus, seorang ahli bedah dapat mengalirkan abses dengan menempatkan tabung melalui dinding perut ke dalam abses. Tabung dibiarkan di tempat selama sekitar dua minggu dan pengidap akan diberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi.

Pencegahan Penyakit Usus Buntu

Hingga saat ini, belum ada cara pasti yang dapat dilakukan untuk mencegah radang usus buntu. Meski begitu, beberapa penerapan pola hidup sehat diperkirakan dapat mengurangi risikonya. Berikut adalah beberapa penerapan pola hidup sehat yang dapat dilakukan:

  • Jaga tubuh tetap terhidrasi dengan minum air putih dalam jumlah yang cukup.
  • Memperbanyak konsumsi makanan sumber serat seperti buah dan sayuran.
  • Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, agar penyakit usus buntu dapat terdeteksi sedari dini.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika merasakan sakit perut yang tak kunjung membaik sampai membuatmu sulit tidur, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Sebab, hal ini bisa jadi merupakan gejala dari penyakit usus buntu yang memerlukan penanganan segera. Perlu diingat bahwa penanganan yang cepat dan tepat tentunya dapat menurunkan risiko komplikasi yang fatal.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait