JOMBANG, KabarJombang.com – HIV dapat menyerang siapa saja tanpa memandang orientasi seksual, ras, etnis, jenis kelamin atau usia.
Namun, kelompok tertentu lebih rentan terkena HIV karena faktor risiko tertentu.
Artikel ini akan mengulas secara ringkas tentang kelompok yang memiliki faktor risiko HIV tinggi.
Siapa yang paling rentan terkena HIV?
Disari dari Prevention dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), berikut macam kelompok dengan faktor risiko HIV tinggi tersebut:
Laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL)
Sebagian besar kasus HIV ada pada laki-laki, laki-laki gay dan laki-laki biseksual.
Fakta menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), 86 persen dari semua diagnosis baru untuk HIV pada laki-laki berasal dari laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama.
Orang yang merupakan pasangan seks anal reseptif adalah 13 kali lebih mungkin terinfeksi dari pada pasangan insertif.
Seks anal reseptif adalah jenis seks yang paling berisiko untuk mendapatkan atau menularkan jenis infeksi menular seksual ini.
Ini karena rektum memiliki lapisan yang sangat tipis, yang memungkinkan HIV masuk ke dalam tubuh.
Laki-laki seks dengan laki-laki di usia 13 hingga 34 tahun
Anak remaja terutama laki-laki merupakan kelompok rentan terkena HIV.
Faktanya, hampir dua pertiga dari semua diagnosis HIV baru di kalangan LSL berusia antara 13-34 tahun.
Ada beberapa alasan mengapa hal ini terjadi. Pertama, kurangnya pendidikan di kalangan remaja laki-laki tentang hubungan seksual yang aman, termasuk penggunaan kondom.
Kecenderungan remaja laki-laki juga penasaran dengan hubungan seksual, termasuk terlibat dalam perilaku seksual yang lebih berisiko.
Sering kali perilaku seksual mereka akibat dari penyalahgunaan zat terlarang (narkoba).
LSL kulit hitam
LSL kulit hitam lebih banyak terkena HIV dari pada kelompok ras atau etnis lain, khususnya yang ada di Amerika Serikat.
Hal itu karena pria kulit hitam gay terpinggirkan dan kesulitan untuk mendapatkan akses layanan kesehatan yang layak.
Ini terkait dengan kemampuan ekonomi yang cenderung rendah.
Sehingga, mereka sering berakhir di lingkungan dengan HIV juga, di mana virusnya tidak terkontrol.
LSL dari ras latin dan hispanik
LSL dari ras latin dan hispanik juga rentan terkena HIV karena alasan sosial dan lingkungan.
Ada beberapa alasan mengapa hal ini terjadi. Pertama, beberapa orang Hispanik dan/atau Latin mungkin tidak menggunakan layanan pencegahan HIV, pengujian, atau mencari pengobatan saat mengidap HIV.
Itu karena takut mengungkapkan status imigrasi mereka.
Selain itu, kelompok Hispanik dan Latino cenderung memiliki tingkat ketidakpercayaan yang tinggi pada sistem perawatan kesehatan.
Wanita kulit hitam
Wanita kulit hitam adalah kelompok rentan terkena HIV karena mayoritas mereka berhubungan seks dengan pria yang terinfeksi.
Pria kulit hitam sering tidak mendapatkan perawatan untuk mengendalikan virus setelah didiagnosis positif HIV.
Akibatnya, para laki-laki kulit hitam lebih mungkin menularkan HIV ke pasangan seksual mereka.
Para wanita kulit hitam juga cenderung menerima perawatan yang lebih buruk ketika mereka mengidap HIV.
Itu ada banyak faktornya, meliputi kemiskinana dan rasisme struktural.
Wanita transgender
Orang transgender sekitar 13 kali lebih mungkin terkena HIV positif dibandingkan orang dewasa usia produtif lainnya.
Hal itu karena wanita transgender biasanya mudah mendapatkan perilaku seksual menyimpang, misalnya karena mengandalkan kerja seks sebagai mata pencaharian.
Di sisi lain, mereka sulit mendapatkan akses layanan kesehatan yang memadahi.
Di beberapa wilayah di dunia, wanita transgender merupakan kelompok besar dari kasus HIV baru.
Wilayah tersebut meliputi Asia dan Pasifik (7 persen), Amerika Latin (6 persen), dan Karibia (5 persen).
Hanya sedikit data yang tersedia untuk pria transgender dan populasi transgender lainnya mengenai epidemiologi HIV.
Pengguna narkoba suntik
Orang yang menyuntikkan narkoba berisiko tinggi terhadap HIV.
Secara global, sekitar 11 juta orang menyuntikkan narkoba. Sekitar 1 dari 8 (atau 1,4 juta) orang ini hidup dengan HIV (UNODC World Drug Report, 2020).
Penggunaan narkoba suntikan menyumbang sekitar 10 persen dari kasus infeksi HIV baru secara global (UNAIDS, 2020).
Aktivitas ini faktor risiko yang membuat Anda terkena HIV melalui tetesan darah orang lain yang terinfeksi.
Saat Anda menggunakan narkoba suntik ilegal, Anda juga lebih mungkin melakukan hal-hal berisiko lainnya, seperti melakukan hubungan seks tanpa kondom.
Belum ada vaksin untuk mencegah infeksi HIV dan belum ada obat untuk HIV/AIDS. Namun, Anda dapat melindungi diri sendiri dan orang lain dari infeksi menular seksual ini.
Jika Anda termasuk dalam kelompok rentan terkena HIV seperti di atas, Anda perlu menyadari bahaya HIV dan segeralah periksa ke dokter.