JOMBANG, KabarJombang.com – Menjaga kadar oksigen tetap dalam kondisi normal, sangatlah penting bagi pasien isolasi mandiri.
Untuk melihat kadar oksigen dalam tubuh bisa menggunakan alat oximeter (pulse oximeter).
Alat ini umumnya berbentuk klip yang digunakan dengan cara dijepitkan di jari tangan. Setelah terpasang, sensor pada alat oximeter akan mengevaluasi jumlah hemoglobin atau zat di dalam sel darah merah yang bertugas untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.
Alat oximeter dilengkapi dengan layar monitor kecil. Pada layar monitor tersebut, akan ditampilkan hasil pengukuran kadar oksigen dalam darah.
Berikut ini adalah beberapa tips dan cara menggunakan oximeter dengan baik dan benar.
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan oximeter.
2. Pastikan kuku dalam kondisi bersih, tidak panjang, dan hindari penggunaan cat kuku berwarna gelap atau kuku palsu.
3. Hangatkan jari tangan, terutama jika jari terasa dingin.
4. Nyalakan oximeter dan posisikan jari, baik jari telunjuk, jari tengah, atau ibu jari, di antara capit oximeter.
5. Setelah oximeter terpasang, diam dan tunggu selama beberapa detik hingga alat berhasil mengukur kadar oksigen dalam darah.
6.Pada layar oximeter, tertera dua angka dengan arti yang berbeda. Angka yang ditandai dengan %SpO2 menunjukkan saturasi oksigen dalam darah, sedangkan angka yang tertera sebagai huruf HR (heart rate) menunjukkan jumlah denyut nadi atau detak jantung Anda.
Saturasi oksigen dikatakan normal apabila nilai saturasi oksigen (%SpO2) berada di angka 95% atau lebih. Sementara itu, seseorang dikatakan mengalami kekurangan oksigen atau hipoksemia jika nilai saturasi oksigennya turun hingga kurang dari 92%. Kondisi ini perlu segera mendapatkan penanganan dari dokter.
Pentingnya Memiliki Oximeter Saat Isolasi Mandiri
Kadar saturasi oksigen dalam darah hanya bisa ditentukan melalui dua cara, yaitu dengan alat oximeter dan pemeriksaan penunjang berupa analisa gas darah. Sayangnya, pemeriksaan penunjang tersebut tidak praktis dan hanya bisa dilakukan di laboratorium klinik atau rumah sakit.
Oleh karena itu, WHO mengimbau agar pasien COVID-19 atau orang yang sedang menjalani isolasi mandiri untuk memiliki oximeter. Hal ini dikarenakan sebagian pasien COVID-19 bisa mengalami happy hypoxia atau silent hypoxia, yaitu kondisi menurunnya saturasi oksigen dalam darah tanpa disertai gejala.
Jika tidak mendapatkan penanganan, kondisi penurunan kadar oksigen tersebut bisa menyebabkan kerusakan jaringan dan organ tubuh, bahkan menimbulkan komplikasi fatal, seperti gagal napas dan kematian mendadak.
Dengan rutin melakukan pemeriksaan kadar oksigen dalam darah, Anda bisa memonitor apakah tubuh Anda mendapatkan oksigen yang cukup dan bisa segera ke dokter bila mengalami kekurangan oksigen.
Semakin cepat penanganan dilakukan, semakin rendah risiko terjadinya komplikasi berbahaya atau gejala COVID-19 yang berat. Oleh karena itu, oximeter merupakan alat yang penting untuk dimiliki, terutama jika Anda merupakan pasien COVID-19 dan sedang menjalani isolasi mandiri di rumah.
Jika Anda mengalami gejala menurunnya kadar oksigen dalam darah, seperti sesak napas, lemas, kulit pucat, serta kuku dan bibir tampak kebiruan, segera hubungi dokter atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan.