PLANDAAN, KabarJombang.com – Sentra kerajinan gerabah yang ada di Dusun Mambang, Desa Tondowulan, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang, terancam punah. Sebab jumlah perajin semakin berkurang dan dimonisasi perempuan lanjut usia (lansia), selain itu tidak berjalannya regenerasi.
Anak-anak muda di Desa tersebut lebih senang bekerja di pabrik dibandingkan meneruskan menjadi perajin alat dapur berbahan tanah liat.
Sumarlik, salah seorang perajin mengatakan, saat ini cukup sulit menemukan penerus menjadi perajin gerabah, sebab sangat minim. Lantaran mereka lebih memilih bekerja di perusahaan.
“Sangat sulit menemukan anak-anak muda sekarang yang mau meneruskan menjadi pembuat garabah,” kata dia, kepada KabarJombang.com, Sabtu (27/2/2021).
Perempuan berusian 35 tahun ini termasuk salah satu perajin paling muda di Dusunnya, karena umumnya mereka yang masih menekuni usaha gerabah ini berusia lanjut.
“Saya menekuni usaha gerabah ini sudah 13 tahun. Dan saya belajar sendiri otodidak selama 13 tahun itu, disini saya termasuk yang paling muda, soalnya rata-rata lanjut usia,” tandas Sumarlik.
Dalam menekuni usahanya ini Sumarlik tidak serta merta langsung bisa membuat gerabah dalam bentuk guci.
Awalnya ia hanya membuat cobek tapi lambat laun banyak pembeli dari luar daerah yang memesan cangkir, teko, pot, kursi, hingga guci besar.
Sedangkan untuk patokan harga yang dibandrol Sumarlik berkisar mulai harga Rp 5 ribu hingga Rp 500 ribu. Dan pembelinya mulai dari Jombang, Mojokerto, Nganjuk, Kediri, Surabaya.
“Berkembangnya itu mungkin dari mulut ke mulut, karena saya tidak mengandalkan promosi lewat online ataupun media apapun. Karena saya sadar tenaga saya terbatas dan tidak semua orang bisa. Jadi saya menerima pesanan sesuai dengan apa yang diminta, biasanya saya dikirimi gambarnya lewat WA oleh pemesan,” ujarnya.
Sumarlik mengungkapkan akan tetap menjadi perajin gerabah, karena ingin mempertahankan warisan leluhur.
“Soalnya kalau bukan kita siapa lagi yang mau nerusin, yang tua-tua juga sudah mulai banyak pensiun,” katanya.
Agar usahanya tetap bisa diterima masyarakat di tengah gempuran produk pabrik berbahan plastik. Sumarlik terus melakukan inovasi berbagai jenis gerabah tidak hanya cobek ataupun gentong saja.
“Saya kedepannya punya cita-cita untuk punya galeri, agar gerabah Dusun Mambang ini bisa dikenal secara luas oleh masyarakat. Khususnya bagi anak-anak muda, karena ini sudah krisis penerusnya,” harapnya.
Sumarlik berharap ada perhatian dari pemerintah untuk mempertahankan sentra gerabah di Dusun Mambang, Desa Tandowulan ini dengan memberikan pelatih pemanfaatan teknologi untuk memasarkan produknya.
“Perhatian pemerintah ke kita masih kurang intens, jadi saya berharap agar kami lebih diperhatikan lagi, sehingga bisa mengurangi beban kita, seperti apa yang kita butuhkan dan pengetahuan kita juga minim. Dan para anak muda juga bisa lebih tertarik untuk meneruskan usaha gerabah ini, soalnya zamannya mereka saat ini kan ndak mau ribet. Jadi alat-alat pendukung produksi kita itu yang penting saat ini,” tandasnya.