Dulu Bertumpu Hasil Kebun dan Hutan, Kini Warga Pengajaran Jadi Penghasil Susu Sapi di Jombang

Widi Anjasmoro (50) saat berada di kandang peternakan sapi perahnya di Dusun Pengajaran, Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang.
  • Whatsapp

WONOSALAM, KabarJombang.com – Khalayak mungkin mafhum kalau lokasi bumi perkemahan dan air terjun Tretes, salah satu andalan wisata alam di Jombang, berada di Dusun Pengajaran, Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam.

Namun bisa jadi, kebanyakan warga Jombang tak tahu kalau di dusun ini, juga menjadi pusat penghasil susu sapi yang dikonsumsi warga Jombang. Bahkan, susu hasil perahan sapi yang diternak warga dusun setempat, merupakan salah satu pemasok pabrik Nestle, di Pasuruan, Jawa Timur.

Baca Juga

Keberadaan peternakan sapi perah, sangat mudah dijumpai di Dusun Pengajaran. Lantaran mayoritas warga setempat beralih beternak sapi perah, sekitar tahun 1990. Sebelum tahun itu, warga setempat kebanyakan bertumpu penghidupan pada sektor perkebunan, terutama cengkeh, dan merambah hutan.

“Karena mungkin tak begitu menghasilkan, kemudian beralih. Kini, 99 persen warga sini beternak sapi perah. Dan memang lebih menguntungkan, ketimbang mencari kehidupan di hutan,” kata Widi Asmoro (50) warga setempat saat ditemui di peternakan milknya, Sabtu (15/8/2020).

Kondisi alam di Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam, juga sangat mendukung aktifitas warga dusun setempat beternak sapi perah jenis FH. Karena masih mudah mencarikan bahan makanan sapi. “Kalau makanannya berupa hijau-hijauan. Kebanyakan rumput gajah dan konsentrat,” papar Widi.

Lalu, bagaimana warga Dusun Pengajaran mendapatkan hasil dari susu yang sudah diperah?. Saat KabarJombang.com berada di area peternakan milik Widi Asmoro, tampak sejumlah warga membawa sejumlah milkcan berbahan stainless (wadah susu), ke tempat Widi yang tak jauh dari peternakannya.

“Kami membangun TPS atau tempat penampungan susu, yang dikelola KUD (koperasi unit desa) Anjasmoro. Tiap hari, peternak menyetor susu hasil perahan sapi ternakannya, ke sini,” ujar Widi.

Susu yang disetor ke KUD, kata Widi, setiap pagi dan sore hari dengan berat yang beragam. Menurut Widi, satu ekor sapi perah, bisa menghasilkan 12 sampai 15 liter tiap hari. “Ada juga yang menghasilkan 25 liter, tergantung pada jenis sapi dan perawatannya,” katanya.

TPS tersebut berbentuk sebuah ruangan khusus. Di dalamnya terdapat kotak besar berbahan stainless yang disebut lemari atau boks penampungan susu. Di atas boks tersebut, terdapat alat pengukur suhu. Baik TPS maupun boks, merupakan tempat steril alias terhindar dari bau, polusi udara, atau hal lain yang bisa mempengaruhi kualitas susu.

Sebelum susu masuk ke ruangan dan ditampung ke boks, ada orang yang bertugas sebagai pengontrol kualitas (quality control). Ia memastikan di antaranya, kondisi milkcan harus tertutup rapat dan tidak diganjal plastik, dan standar prosedur lainnya.

Setelah susu masuk ke boks melalui proses tadi, milkcan pun harus dicuci di area tempat penampungan. Hal ini dilakukan, kata Widi, agar kualitas susu sapi perah yang dikirim warga tetap terjaga. Dan karena memang, ada standar khusus yang diterapkan.

“Susu sapi yang dikirim pagi hari, harus memiliki berat jenis 1.023 dengan suhu minimal 30 derajat Celsius. Sedangkan sore hari harus memiliki berat jenis 1.022 dengan suhu sama, minimal 30 derajat celsius juga,” rinci pria yang juga pemilik KUD Anjasmoro ini.

Dikatakannya, atas kegiatan warga beternak sapi perah, dalam sehari TPS tersebut mampu menampung 6.600 ton susu segar. Sementara harga per liter susu yang dibeli dari peternak, dibandol Rp 5.600.

“Sekitar habis Magrib, susu di TPS akan diambil dan dibawa ke pabrik Nestle Pasuruan,” pungkasnya.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait