JOMBANG, KabarJombang.com- Setiap orang tentu memiliki hobi yang beragam dan unik. Tak terkecuali Feri Koirul Arif (29) pemuda asal Desa Sambong Duran, Kecamatan Jombang, yang memanfaatkan hobinya sebagai ladang bisnis sekaligus berkreasi.
Bisnis seninya ini mulai dijual belikan sejak tahun 2015 lalu. Bisnis ini berawal dari hobi dan kegemarannya untuk berkreasi dan menekuni kerajinan seni miniatur dengan bahan limbah kayu.
Limbah kayu tersebut bisa dibentuknya menjadi beragam seni miniatur. Diantaranya mulai dari kereta api, truk, bus dan lain sebagainya sesuai dengan permintaan konsumen.
Sebelum itu, Feri adalah seorang pemain musik yang biasa tampil di Stasiun Jombang. Namun karena pandemi Covid-19 ini timnya memending dan off sementara.
“Jadi berawal dari hobi terus saya juga memiliki kelebihan untuk membuat mainan bukan hanya kereta api. Tetapi juga ada orang yang pesen truk, bus, dan lain sebagainya sesuai permintaan,” kata Feri kepada KabarJombang.com, Jumat (18/12/2020).
Ia mengaku dalam bisnis seni miniaturnya ini tanpa belajar ataupun latihan alias otodidak dan hanya belajar tipe-tipe para pemesan miniaturnya. Pembelinya pun tak tanggung-tanggung, karena ia sudah mampu mengeskpor miniaturnya hingga ke Amerika Serikat.
“Pernah sekali saya mengirim ke Amerika cuma kebanyakan di Jawa seperti Bandung, Madiun, Jakarta, bahkan Sumatera juga pernah,” ungkapnya.
Selain itu, lanjut Feri, perbedaan sebelum dan setelah adanya pandemi Covid-19 ini sangat berdampak bagi usahanya. Karena sebelum pandemi ia banyak menerima pesanan sementara disituasi saat ini pesanannya berkurang.
Dan untuk harga miniaturnya ia bandrol sesuai dengan tipe dan tingkat kerumitan. Harga yang ia bandrol minimal Rp 350 ribu dan maksimal Rp 1 juta. Sedangkan untuk bahan utamanya ia membutuhkan triplek dan kayu.
Untuk waktu yang dihabiskan membutuhkan waktu paling lama dua minggu dan paling singkat tiga hari.
“Namun, sistem saya kalau semakin banyak yang pesan maka harga akan semakin murah seperti lebih dari tiga atau lima orang saya bisa potongkan harga. Dan tingkat kesulitan yang bikin mahal,” terangnya.
Seiring berjalannya waktu, ia belum pernah mendapat respon dan dukungan dari pemerintah setempat
“Kalau dilirik insya Allah sudah ada, tapi kalau masalah pembiayaan hibah dari pemerintah itu belum pernah saya rasakan. Jadi selama ini saya mengerjakan dengan manual hingga saya memiliki mesin sendiri meski tidak lengkap itu jeripayah saya sendiri,” katanya.
Feri memohon agar apa yang ia harapkan bisnis seninya ini bisa direspon, didengar pemerintah setempat maupun pihak-pihak yang berhubungan dengan kesenian. Sehingga ia bisa membuka lapangan kerja.
“Ya saya mohon dan berharap agar pemerintah setempat atau orang-orang kesenian atau yang berhubungan dengan usaha saya agar toleransi dan didengarlah. Agar melirik dan memghiraukan saya sedikit untuk saya bisa membesarkan usaha saya sehingga bisa membuka lapangan kerja,” tandasnya.