NGORO, KabarJombang.Com – Seorang istri yang bercerai dengan suami, tak jarang mengalami depresi dalam kehidupan sehari-hari. Namun kendati demikian, sosok ibu yang telah mempunyai buah hati harus tangguh menjadi sosok tulang punggung keluarga sendiri.
Kejadian ini dialami sendiri salah satu single parent (orang tua tunggal) Atik Maria Ningsih (32) asal Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. Dalam ceritanya, ia ditinggal pergi oleh sang suami sejak 7 tahun yang silam.
“Waktu itu anak saya masih berusia 1 tahun, sudah ketok palu. Ya sempat depresi bingung gitu, soalnya waktu itu usaha saya masih belum begitu dikenal,” ujarnya kepada KabarJombang.com, Sabtu (18/12/2021).
Kendati tidak secara langsung, perempuan mantan provesi bidan ini mengaku jika mendadak belajar membuat usaha makanan yang banyak dikunjungi pembeli dari masyarakat maupun pengguna jalan.
“Melalui belajar dari pengalaman beli makan dulu sejak kecil, ditambah sambil nonton di YouTube juga gitu. Alhamdulillah pada tahun 2015 yang lalu sudah bisa membuka warung makan ini,” jelasnya saat ditemui.
Tahun demi tahun dilalui dengan bekerja dan menjaga sosok buah hati. Setelah sosok anak prianya beranjak muda berusia 4 tahun, perempuan yang kerap disapa Maria ini mengaku jika kehidupannya penuh dialami dengan kesibukan.
“Kalau pagi itu nyuci, nyiapin sarapan pagi, mengantarkan anak ke sekolah dan balik lagi ke warung untuk bekerja lagi. Waktu itu saya merasakan kehidupan yang menjadi tanggung jawab saya sendiri dalam berkeluarga ini,” katanya.
Setelah anak prianya duduk di bangku salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kabupaten Jombang. Semenjak tahun 2019 itu, usaha warung makannya semakin dikenal pelanggan.
Dari nasi ampok dan bubur ayam yang dibuat sendiri itu, mampu membuat para pelanggan merasa nyaman dan tak jarang untuk melakukan pemesanan di warungnya yang bertempat di Jalan Raya Blimbing, Gerdulaut, Desa Sidowarek, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang.
“Alhamdulillah sejak tahun 2019 itu, pelanggan saya tambah banyak dan masakannya juga cukup dikenal banyak pelanggan. Mulai dari pemesanan warga asal Jombang sendiri, hingga luar daerah seperti Mojokerto, Kediri, Nganjuk, Madiun dan Surabaya,” tukasnya.
Tak lama kemudian, dari omzet awal yang hanya mendapatkan sekira Rp 5 juta dalam satu bulan. Kini omzet yang didapat mampu mencapai puluhan juga dalam perbulannya. Sehingga, sebelum masa pandemi Covid-19 melanda, ia mampu merekrut sejumlah karyawan di warungnya.
“Sempat khawatir saat awal-awal pandemi dan aturan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) kemarin. Ternyata alhamdulillah, malahan pandemi ini tidak sampai menjadi dampak bagi usaha saya ini. Karena pas waktu pandemi itu, banyak masyarakat yang pesan bubur ayam dan nasi ampok ini,” bebernya.
Harga yang dibandrol dalam menu masakannya tak begitu mahal. Nasi ampok yang sudah berisi tahu tempe dan ayam bakar itu dibandrol dengan harga Rp 12 ribu. Sementara untuk bubur ayam, hanya dibanderol Rp 8 ribu.
“Sangat bersyukur, meskipun singel ya bisa menafkahi anak dan keluarga. Alhamdulillah kalau omzet saat ini setiap harinya itu bisa mendapatkan Rp 2 juta. Kalau pas hari-hari tertentu seperti hari Jumat, Sabtu, Minggu itu alhamdulillah bisa mencapai hingga Rp 3 juta sampai Rp 4 juta setiap harinya,” tandasnya.
Kedepan Maria terus berusaha agar bisa menggapai cita-cita anak yang diinginkan. Tak hanya itu, iapun juga tidak mau melihat sosok anak kandungnya putus pendidikan.
“Ya harapannya semoga tetap diberikan kesehatan dan kelancaran. Kalau motivasi dalam memiliki atau menjalani usaha ini, ya jangan lupa untuk bersedekah saja. Karena dengan berbuat baik kepada sesama, maka usaha akan terus diberikan kelancaran,” imbuhnya memungkasi.