JOMBANG, KabarJombang.com – Pemkab Jombang menggelar rembuk stunting pada Selasa (25/9/2021) di Ballroom Horison Yusro Hotel. Fokus dalam kegiatan tersebut yakni melakukan percepatan pencegahan stunting terhadap balita.
Rembuk Stunting dihadiri dan dibuka secara langsung oleh Wakil Bupati Jombang Sumrambah, yang mewakili Bupati Jombang. Sekaligus turut dihadiri Perwakilan Unicef, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur, Bappeda Provinsi Jawa Timur, Rektor Unusa, Kepala OPD di Kabupaten Jombang, dan beberapa tamu penting lainnya.
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Karena itu Pemkab Jombang berupaya melakukan percepatan penanggulangan stunting dengan melakukan rembuk stunting. Sehingga hasil rembuk menjadi langkah yang positif untuk menurunkan angka stunting.
Disampaikan Kepala Dinkes Jombang, Budi Nugroho ada beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk menekan kasus stunting. Salah satunya dengan konsep pentahelix yang dilakukan hari ini, agar semua pihak dapat memahami masalah dan bertanggung jawab dalam bidang masing-masing yang menjadi indikator penyebab stunting untuk berkontribusi maksimal.
“Jumlah stunting kita cukup tinggi, yakni 13,1 persen. Meskipun secara nasional tidak boleh lebih dari 14 persen. Sehingga ini perlu mendapat perhatian serius karena menyangkut investasi SDM,” ungkapnya.
Budi mengklaim bahwa action plan yang dilakukan kali ini melibatkan semua stakeholder. Selain itu juga pihaknya juga mengatakan kesiapan pra nikah adalah persoalan serius untuk menyiapkan generasi penerus perlu persiapan yang sungguh-sungguh.
“Dampak pandemi Covid-19 pada stunting sangat terlihat, karena perekonomian terganggu. Makanya intervensi pemerintah dengan bantuan sosial juga dalam rangka melindungi. Akses kesehatan juga terganggu. Meski bisa dilakukan secara online, namun itu menjadi salah satu hambatan,” jelasnya.
Kadinkes menyebutkan ada 11 lokasi di Kabupaten Jombang yang menjadi perhatian karena tingginya stunting. Salah satunya adalah Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung dengan prosentase 41 persen kasus stunting diantara seluruh balita yang ada.
Paling utama yang menentukan kasus ini lanjut Budi adalah kesiapan orang tua apalagi ketika remaja agar terhindar anemia. Kemudian kebutuhan gizi kronis, serta lingkungan yang ada.
“Rembuk ini dilakukan agar maksimal, karena penyebab stunting tidak hanya satu masalah gizi saja, seperti kelas pra-nikah dan parenting, kemudian sumber air bersih jika tidak mencukupi Perkim bisa suplai air bersih,” paparnya.
Lebih riil lagi acara tersebut juga mengundang camat 11 lokus stunting, kepala desa 11 lokus stunting, ormas, media, dunia pendidikan, media, dan dunia usaha.