Perspektif Pemerhati Sejarah Jombang Tentang Kelahiran Pancasila

Pemerhati Sejarah Jombang, Dian Sukarno. (Anggraini).
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Perjalanan dibalik lahirnya Pancasila menjadi ideologi dasar negara Indonesia memiliki kandungan makna dan pengertian yang mendalam untuk dipahami Bangsa Indonesia.

Pemerhati Sejarah Jombang, Dian Sukarno menjelaskan,  Pancasila telah lahir sejak ribuan tahun silam. Sebelum diputuskannya tanggal 1 Juni sebagai suatu hal yang memorable terkait peringatan Hari Pancasila.

Baca Juga

Menurut Dian, sebelumnya harus dipahami dulu, hari lahir istilah Pancasila atau hari lahir Pancasila itu yang disampaikan oleh Bung Karno.

“Jadi, kalau hari lahir istilah Pancasila itu dimulai 1 Juni. Sedangkan, kalau hari lahir Pancasila itu sudah lahir jauh sebelum peradaban, sudah ada Pancasila. Bung Karno sendiri yang mengatakan dan tugas Bung Karno hanya menggali nilai-nilai Pancasila itu yang sudah ada di bumi Nusantara,” terang Dian kepada KabarJombang.com, Senin (31/5/2021).

Ditegaskan, dari penggalian nilai-nilai Pancasila tersebutlah maka muncul pemberian nama istilah Pancasila. “Yang kemudian berkembang dengan adanya tawaran-tawaran Pancasila yang diperas menjadi Trisila, Ekasila,”jelasnya.

Hal ini pun dikatakan oleh Bung Karno jika 1 Juni 1945 merupakan hari lahir istilah Pancasila, yang telah dipidatokan pula oleh Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945.

Lebih lanjut Dian mengatakan, latar belakang Pancasila ini sendiri juga bermula dari perjalanan panjang. Dimana Bung Karno sebagai tahanan politik Belanda mulai penjara Banceuy, penjara Sukamiskin, hingga dibuang ke Ende.

“Sebenarnya puncaknya ketika Bung Karno dibuang ke Ende, Flores, NTT. Nah, disitu beliau merenung dibawah pohon sukun, yang insya Allah pohonnya masih ada sampai saat ini,” katanya.

“Bung Karno ketika masa pembuangan itu aktivitasnya dilalui dengan berkorespondensi dengan Teuku M. Hasan,” imbuhnya.

Selain itu, lanjut Dian, saat langit menunjukkan kegelapannya dengan rembulan yang begitu terang yaitu saat purnama menyusup ke bumi pada pertengahan malam. Bung Karno kerap kali merenungkan diri dengan duduk dibawah pohon sukun. Yang kemudian muncullah kulminasi puncak pengalaman-pengalaman batiniah dari Bung Karno.

Latar belakang dibesarkannya Bung Karno pun cukup unik sebagai bangsawan Jawa. Dan bagaimana Bung Karno sejak kecil ditekankan oleh orangtuanya yakni Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai dengan ajaran tat twam asi atau ’aku adalah kamu dan kamu adalah aku’ (hidupmu adalah hidupku juga).

“Jadi, waktu kecil dulu Bung Karno mengambil sarang burung yang kemudian dipukuli oleh orangtuanya. Karena sebagai sesama makhluk kita harus saling menyayangi. Hingga pada saat beliau menjabat sebagai orang nomor satu di Republik ini pun tak tega untuk membunuh nyamuk. Namun, untuk melenyapkan penghianat negara itu bisa dilakukan,” paparnya.

Menurut Dian, dengan adanya proses panjang tersebut memunculkan dan mengkristalkan istilah Pancasila ketika Bung Karno mengawali dengan perenungan panjang dibawah pohon sukun di Ende, NTT.

Pentingnya Pancasila untuk diperingati salah satunya seperti yang diakui oleh seorang akademisi dari Eropa bahwa Indonesia ini diibaratkan seperti raksasa yang sedang tidur karena memiliki Pancasila.

“Bangsa ini dirahmati Tuhan dengan adanya Pancasila, karena tidak ada satu pun negara di dunia yang memiliki Pancasila. Bahkan Bung Karno pun pernah menawarkan konsep Pancasila didepan sidang umum PBB,” ungkapnya.

Konsep istilah Pancasila oleh Bung Karno adalah nilai-nilai luhur yang digali dari Bumi Nusantara. Dan sebagai seorang bangsa Indonesia ini, sudah seharusnya kita untuk mensyukuri rahmat Tuhan. Kemudian bagaimana agar kita meneladani serta melanjutkan apa yang dirintis oleh para pendahulu.

Dikatakannya juga, bahwa Pancasila merupakan nilai-nilai humanis, nilai-nilai ketuhanan yang bersifat universal. Dengan itu, hari istilah Pancasila ini juga bisa diwujudkan dengan merawat ke-Indonesiaan kita.

Dimana dalam Pancasila itu sendiri menyebutkan beberapa sila yaitu Ketuhanan yang Maha Esa (bahwa Indonesia merupakan buminya multi keyakinan dan lain sebagainya, yang pada dasarnya juga ditujukan hanya pada satu Tuhan).

“Kemudian Kemanusiaan yang adil dan beradab. Nah, tentang Persatuan Indonesia ini karena kita merupakan masyarakat yang multi majemuk 700 lebih suku dan 17.000 pulau dan sekian keyakinan itu luar biasa,” katanya.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan (musyawarah mufakat yang disebut sebagai demokrasi Pancasila, yang perlu direvitalisasi kembali), dan Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

 

 

 

 

 

 

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait