JOMBANG, KabarJombang.com- Layar tancap merupakan salah satu hiburan atau pertunjukan film di tempat terbuka dengan layar yang tiangnya ditancapkan di tanah.
Layar tancap merupakan salah satu sarana hiburan untuk ditonton. Jenis tontonan ini sempat populer dan eksis pada masanya. Namun keberadaanya kini hampir tidak bisa ditemukan.
Menurut pemerhati sejarah sekaligus budayawan Jombang, Dian Sukarno, perjalanan layar tancap dari mulai mengibarkan sayapnya kisaran tahun 1977/1979.
“Saya masih ingat betul sekitar tahun 1977 sampai 1979 itu layar tancap disebut juga misbar (gerimis bubar),” ujar Dian kepada KabarJombang.com, Sabtu (13/2/2021).
Dikatakan, jika dahulu ia pernah menjadi saksi bisu terkait populernya layar tancap di Kabupaten Jombang. Yang sering menggelar layar tancap dulu yakni dari produk Jamu Jago, Semarang.
“Jadi dulu itu mereka (pemilik produk jamu jago, Semarang) sering melibatkan orang-orang cebol untuk melakukan atraksi-atraksi sebelum layar tancap dimulai,” katanya.
Pada tahun sekitar 80 hingga 90-an layar tancap yang paling besar di Jombang berada di Segodorejo, Sumobito. Mulai dari sound system, penyewaan video yang biasanya disewakan saat orang akan menggelar hajatan.
“Dulu itu video disewakan buat tanggapan di rumah-rumah, dengan layar tancap. Nah, layar tancap biasanya kalau untuk orang-orang hajatan itu bisa empat sampai lima film, hingga pagi,” paparnya.
Untuk jenis film yang biasanya diputar dan menjadi favorit di layar tancap dulu yakni film Rhoma Irama, Khungfu Cina, dan India. Namun, juga tergantung dari request pennggapnya.
Dan pertunjukkan layar tancap ini pun beragam mulai dengan metode karcis, dan keliling.
“Biasanya layar tancap ini milik industri-industri besar seperti Jamu Jago serta penerangan KB,” katanya.