GUDO, KabarJombang.com – Penetapan status pasien terkonfirmasi berdasar hasil PCR (Polymerase Chain Reaction) swab test, kembali dipertanyakan. Warga Desa Pucangro Kecamatan Gudo mengaku, tidak adanya transparansi dan kejelasan terkait hasil PCR swab test, membuat keluarganya harus menjalani karantina mandiri.
“Tidak ada rekam medis yang transparan atas hasil tes swab tentang positif corona ayah saya, itu kan hak kami sesuai aturan yang ada, tapi hanya diberi file excel bukan hasil resmi layaknya hasil rekam mefis,” terang H yang meminta namanya disamarkan, rabu (22/7/2020).
Diceritakan dia, awal orang tuanya dinyatakan terkonfirmasi positif covid-19. Bermula ketika salah satu perusahaan perbankan di Surabaya menggelar rapid test untuk seluruh karyawannya. Ayah H yang menjadi pegawai diperusahaan inipun, ikut menjalani rapid tes. “Saat Rapid Test di Surabaya, Ayah saya dinyatakan reaktif, tepatnya hari Jumat (10/7). Pihak perusahaan lantas meminta ayah saya pulang untuk menjalani isolasi mandiri,” urai Dia.
Pihak keluarga H pun sangat terbuka dan mengikuti protokol yang ditetapkan pemerintah dengan mendatangi Puskesmas Blimbing pada keesokan harinya, sabtu (11/7). Tiba di puskesmas, H yang mengantar sang ayah langsung menunjukkan hasil rapid tes yang reaktif. Bukannya mendapat tindakan sebagaimana aturan yang ada, pihak Puskesmas hanya meminta agar keluarga H melakukan isolasi mandiri.
“Karena gak ada tindakan dan hanya disarankan untuk isolasi mandiri, kami pulang. Eh gak taunya, hari minggu (12/7) ayah saya disuruh ke RSK Mojowarno. Malah dijemput petugas kesehatan, dinaikkan mobil dan dilakukan tes swab dengan didampingi perangkat desa dan Puskesmas. Hasil swabnya baru keluar minggu (19/7), dan dinyatakan terkonfirmasi positif Covid 19,” jelasnya via telepon selular.
Pemberitahuan hasil swab tes inipun, menurut H, bukan langsung dari pihak Puskesmas. Melainkan dari bidan desa setempat melalui nomor aplikasi whatsapp. Sekaligus memerintahkan kepada seluruh keluarga H untuk melakukan isolasi mandiri. “Saya berinisiatif minta nomor petugas Puskesmas ke bidan desa. Begitu diberi, saya langsung minta hasil tes swab ayah. Tapi yang diberi hanya berupa file Excel yang difoto kemudian dikirim ke saya,” tambah H.
Karena hasil tes yang diberikan hanya berupa file Excel, H pun menelpon pihak puskesmas untuk meminta salinan asli hasil tes swab sang ayah. Namun menurut H, jawaban dari pihak puskesmas, hasil swab yang dikirim merupakan kebijakan daerah. “Dinyatakan positif tapi tidak ada surat dari laboratorium, hanya berupa kiriman excel via WA. Kami pun sekeluarga di suruh isolasi mandiri,” tegas dia.
Keanehan menurut H terus terjadi. Meski diminta untuk isolasi mandiri, namun kebutuhan hidup mereka tidak ditanggung oleh pemerintah baik daerah maupun desa. “Katanya suruh isolasi mandiri. Tapi bagaimana bisa mengisolasi, kalau kebutuhan dasar tidak dipenuhi. Kami harus keluar untuk belanja bahan makanan dll, berarti kami kan masih interaksi dengan banyak pihak,” tanya dia.
Terpisah, pihak Puskesmas Blimbing melalui salah satu petugas kesehatannya, Farida membenarkan. Pihaknya mengakui apabila keluhan keluarga H tentang penyampaian hasil PCR swab test yang hanya dalam bentuk file excel merupakan kebijakan daerah. “Memang sudah kebijakan daerah seperti itu dan kita juga sudah kita sampaikan ke pihak keluarga,” singkat dia memungkasi.