Usaha Jahit Tas Kain di Megaluh Tak Tersentuh Bantuan Pemerintah

Seorang warga Dusun Paras, Desa Turipinggir, Kecamatan Megaluh, Jombang, saat melakoni pekerjaan jahit tas disela-sela tugas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.
  • Whatsapp

MEGALUH, KabarJombang.com – Geliat usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sektor industri kreatif di Kabupaten Jombang, Jawa timur, tampaknya tak bisa dianggap sebelah mata. Seperti pengerjaan tas kain atau serut spunbond di Dusun Paras, Desa Turipinggir, Kecamatan Megaluh ini.

Hanya dengan menerima order ongkos jahit tas kain dari salah satu pabrik di wilayah Mojokerto, sejumlah emak-emak di Dusun setempat, mampu memperoleh pendapatan tambahan untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari.

Baca Juga

Hanya saja, sejumlah warga setempat mengaku masih terkendala permodalan untuk pengadaan mesin jahit. Mengingat, pesanan menjahit tas kain terus berdatangan hingga mencapai ribuan per hari. Lantaran terkendala alat, mereka hanya mampu menuntaskan sekitar 5.000 biji tas dalam seminggu.

Kastari, warga setempat mengaku, beberapa tahun belakangan, sejumlah tetangganya menggantungkan nasibnya dari pesanan menjahit tas kain, yang mafhum digunakan untuk tasyakuran kenduri atau juga digunakan toko-toko sebagai bungkus belanja konsumennya, sekaligus pengganti tas plastik (kresek) ini.

Menurutnya, kegiatan menjahit tas kain tersebut sudah berlangsung sejak 2010. Mayoritas, pengerjaan menjahit itu dilakukan kaum perempuan. Sementara untuk bahan baku, katanya, sudah disiapkan oleh pihak pabrik.

“Kami tinggal menjahit jahit saja. Untuk ongkos jahitnya, kami diberi harga Rp 400 per biji,” kata Kastari.

Dirinya menuturkan, bahan tas tersebut dia terima dari pabrik. Kemudian, dia membagi kepada sejumlah warga yang ingin mengerjakan. Jumlahnya, katanya, sesuai permintaan mereka sanggupnya berapa. Setelah diproses, kepada Kastari lah mereka mengumpulkan tas yang sudah jadi.

“Dalam satu minggu, kami hanya mampu mengirim sekitar 5.000 biji. Ya karena kami masih memiliki 15 mesin jahit,” ungkapnya.

Kelima belas mesin jahit tersebut, bukanlah miliknya semua. Tapi milik masing-masing warga yang selama ini menjadi langganan menerima pesanan jahit tas kain yang dikumpulkan kepadanya.

“Sebenarnya sih, banyak warga sini yang ingin ikut menerima order jahitan tas tersebut. Tapi terkendala nggak punya mesin jahit. Ya karena nggak punya uang untuk membelinya,” kata Kastari.

Disinggung apakah pernah mengajukan bantuan permodalan untuk pengadaan mesin jahit ke Pemdes Turipinggir atau Pemkab Jombang, pihaknya hanya menjawab jika selama ini tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah.

“Mesin jahit yang ada, hasil warga beli sendiri. Kita nggak pernah dapat bantuan,” jawabnya.

Kastari mengaku pernah ada pendataan dari Pemdes setempat. Setelah itu, katanya, tidak ada kelanjutannya. “Seingat saya, pendataan itu tahun 2018. Katanya mau dapat bantuan. Tapi, hingga saat ini, nggak ada apa-apa,” urainya.

Dirinya berharap, Pemdes setempat atau Pemkab Jombang turut memberi solusi terkait kendala yang dihadapinya bersama sejumlah warga Dusun Paras, guna mendukung perkembangan UMKM di sektor industri kreatif ini.

“Ya kami hanya berharap, ada bantuan kepada warga yang ingin bekerja di sektor ini tapi tidak memiliki mesin jahit. Setidaknya, ada pertumbuhan ekonomi pada warga sini.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait