JOMBANG, (kabarjombang.com) – Dalam rangka memeriahkan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71, warga Desa Carangwulung, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, menggelar lomba karapan atau pacuan kambing, di lapangan setempat, Sabtu (27/8/2016).
Menurut panitia lomba, Agus Widodo, lomba pacuan kambing ini merupakan agenda rutin yang digelar tiap tahun. Pada tahun 2016 ini, ada 32 peserta dari peternak Wonosalam. “Sudah berjalan 4 tahun ini. Peserta bebas menggunakan beberapa jenis kambing, bisa kambing etawa, peranakan etawa (PE) maupun kambing jawa,” katanya di lokasi.
Agus mengatakan, untuk peserta, sebenarnya tidak dibatasi bagi peternak di Wonosalam saja, namun juga terbuka bagi warga luar Wonosalam. Sayangnya, lanjut Agus, hingga saat ini masih terkendala transportasi. “Sayangnya, peternak dari luar daerah Wonosalam belum bisa ikut serta, sebab panitia belum memiliki alokasi dana transportasi,” ulasnya.
Selain itu, karapan kambing ini juga bertujuan memotivasi peternak kambing, juga untuk menarik minat wisatawan untuk bekunjung ke Wonosalam. “Karapan kambing ini memiliki potensi wisata, apalagi warga Wonosalam banyak yang beternak kambing, terutama jenis etawa dan PE,” sambung Agus.
Dari pengamatan KabarJombang.com di lokasi, para joki kambing yang wajib berpakaian khas jawa saat berpacu itu bukan hanya dari kalangan dewasa saja. Sejumlah joki anak-anak pun tidak mau kalah dalam karapan kambing ini. Setiap start, panitia melepas dua joki yang mengendalikan masing-masing dua ekor kambing.
Jika dilihat sepintas, terlihat mudah mengendalikan kambing-kambing tersebut. Namun, ketika start melaju dimulai, para joki tak jarang dibuat kewalahan karena kambing pacuan seringkali berbelok arah. Kadang kembali ke garis start. Ada yang malah bermalas-malasan saat di tengah arena pacuan. Bahkan, kambing jantan malah menghampiri kambing betina yang menjadi lawan pacu. Tak urung, tingkah lucu kambing itu memicu gelak tawa penonton.
Agus Widodo mengatakan, tidak ada rahasia khusus bagi joki agar kambing pacuannya patuh dan cepat mencapai garis finish. Biasanya, lanjut Agus, saat kambing betina diadu dengan jantan, kemungkinan besar si betinanya yang menang, sebab si jantan akan menghampiri si betina. Saat si betina lari, kambing jantan pun akan mengikuti dari belakang.
“Tidak ada trik khusus. Tapi, dengan sering latihan dan sang joki mengerti karakter kambing, biasanya dialah yang mencapai garis lebih dulu,” ujarnya.
Aan, salah satu Joki mengaku, sulitnya mengendalikan kambing justru membuat dirinya tertantang. Dia kerap mengikuti lantaran karapan kambing merupakan ikon desa Carangwulung. (rief)