JOMBANG, (kabarjombang.com) – Kakek Khamim (65), terpaksa harus tinggal di kandang ayam selama lima tahun. Hal itu terpaksa harus dijalaninya, sebab dia hanya tinggal sebatangkara di gubuk yang berada di Dusun Muruagung, Desa Kebondalem, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang. Tentu saja hal itu bukan takdir yang diinginkannya, pasalnya kakek yang tak pernah menikah ini tidur bersama ayam dan angsa di gubuk reot.
Hanya tanah becek yang menjadi alas gubuk yang hanya berdinding kayu lapis serta anyaman bambu tua. Jika dilihat di dalam gubuknya, tak ada barang baru, semuanya sudah terlihat usang. Bahkan, lubang dinding menganga dimana-mana. Udara malam pun seakan bebas menerjang tubuh kakek sebatangkara itu. Tak hanya itu, saat siang hari panasnya terik matahari juga siap menyantap kulit tipisnya yang sudah mengeriput.
Ditambah lagi, kondisi sebuah ranjang kayu usang yang menjadi tempat untuk merebahkan tubuhnya. “Saya sudah 5 tahun tinggal di tempat ini bersama dengan ayam. Karena sudah tidak ada lagi tempat tinggal lain untuk saya tempati,” ujar kakek Khamim dengan terbata-bata saat ditemui di tempat tinggalnya, Jumat (29/7/2016).
Penderitaannya semakin terasa menyatu, pasalnya saat ingin membersihkan badannya dia harus berjalan menuju sungai kecil tepat di sebelah gubuk. Jangankan kamar mandi yang mewah, tempat untuk air biasa saja dia tak memilikinya.
“Kalau mandi, wudlu ya di sungai. Karena tidak ada kamar mandinya disini. Kalau mau ke tempat keponakan saya, kejauhan. Tidak kuat saya,” cetusnya.
Tak ada lagi tempat baginya untuk berteduh. Rumah satu-satunya yang dulu ditempati bersama orang tuanya kini sudah menjadi hak milik orang lain. Kini, adiknya lah yang menempati rumah itu bersama anak istrinya. Sebab, setelah orang tuanya di Kabupaten Mojokerto meninggal puluhan tahun silam, Khamin pindah ke Jombang mengikuti adiknya, almarhum Khoirul.
“Mau kemana lagi. Balik ke Mojokerto tidak mungkin bagi saya. Tidak ada tempat disana,” terangnya.
Kondisi fisiknya yang buruk, akibat kecelakaan semasa kecilnya, membuat Khamin harus menderita seumur hidup. Tidak memiliki istri, apalagi keturunan. “Ya keponakan yang memberi saya makan tiap hari. Kadang tetangga juga memberi. Karena saya memang tidak memiliki keluarga. Saya belum menikah,” terangnya sembari tersenyum.
Khamim berharap, ada perhatian dari pemerintah agar dapat membantunya untuk membenahi tempat tinggalnya itu. Ia pun menginginkan untuk mendapatkan tempat yang lebih layak, sebagaimana rumah warga lainnya.
“Kalau inginnya ya pindah atau mungkin diperbaiki sedikit. Biar tidak bocor kalau hujan,” harapnya sembari mengusap kedua kakinya yang terasa nyeri. (ari)