Mengenal Hari Raya Unduh-Unduh GKJW Mojowarno Jombang, Wujud Rasa Syukur Hasil Panen

Pelaksanaan Hari Raya Unduh-unduh di GKJW Mojowarno, Jombang, Minggu (9/5/2021). Kabarjombang.com/Anggraini Dwi/
Pelaksanaan Hari Raya Unduh-unduh di GKJW Mojowarno, Jombang, Minggu (9/5/2021). Kabarjombang.com/Anggraini Dwi/
  • Whatsapp

MOJOWARNO, KabarJombang.com – Hari Raya Unduh-unduh yang diselenggarakan oleh Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW), Mojowarno, Kabupaten Jombang hingga saat ini masih tetap lestari.

Perayaan unduh-unduh ini tidak hanya sebagai ibadah atau ritual saja bagi para jemaat GKJW. Tetapi keberadaannya juga sabagai salah satu cara agar budaya Jawa tetap lestari.

Baca Juga

Seperti dengan budaya mengucapkan syukur atas hasil panen yang diperoleh dan menumbuhkan kearifan lokal yang tetap dijaga ditengah masyarakat saat ini.

“Ibadah ini dari dulu hingga saat ini masih kita pertahankan dengan pengantar Bahasa Jawa yang diiringi dengan gamelan. Dan ini adalah tradisional yang ingin kita pertahankan sampai seterusnya akan terus berlanjut,” kata Pendeta GKJW Mojowarno, Miryo Djayadi kepada KabarJombang.com, Minggu (9/5/2021).

Hari Raya Unduh-unduh ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu sekitar 120 tahun. Dan dalam Hari Raya ini bermaknakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen selama setahun. Yang kali ini bertemakan ‘Syukurku Rinenggo Niat ingkang Tulus (1 Babad 29:9)’.

Selain itu juga memiliki makna sosial yakni kerukunan, wujud syukur, harapan, kebersamaan, berbudi luhur, pengorbanan, mempersembahkan yang terbaik, sikap gotong royong dan kerjasama.

“Yang artinya, ucapan syukur kita yang dihiasi dengan niat, hasrat, motivasi yang tulus dan ikhlas. Pelaksanaan ini dengan melihat ukuran atau indikatornya saat masyarakat agraris, among tani sudah mulai panen rojo (rendengan),” terangnya.

“Bisa jadi pelaksanaanya bulan April, bulan Mei. Tapi kebetulan pada beberapa tahun ini bertepatan dengan bulan Mei. Jadi, perayaannya dengan melihat panen,” sambungnya.

Dan meski pandemi Covid-19 masih melanda negara hingga berdampak terhadap semua sektor. Namun ibadah atau Hari Raya ini masih dilaksanakan karena dengan kondisi dunia yang sedang tidak baik-baik saja ini mengajarkan kita agar tetap bersyukur kepada Tuhan.

“Meski dalam keadaan pandemi Covid-19 dan tentu dari sektor manapun akan mengalami hal lumpuh sekalipun. Tetapi Tuhan tidak pernah meninggalkan, Tuhan tetap berkarya, memberkahi kepada umat ciptaan-Nya,” tuturnya.

Walaupun Hari Raya Unduh-unduh tahun ini sama dengan tahun 2020 lalu. Tanpa ada arak-arakan dan dalam suasana yang terbatas. Para umat Kristiani ini tetap khusyuk dan semarak merayakan.

Hal tersebut nampak para jemaat yang menggunakan pakaian-pakaian khas jawanya (seperti udeng, kebaya, konde, sarung, batik), ada juga yang menggunakan kostum topi dari janur khas unduh-unduh yang dibawa dari desa setempat, dan lain sebagainya.

“Tahun ini kita tidak ada arak-arakan sama seperti pada tahun sebelumnya. Tetapi secara miniatur kita bawa dari masing-masing blok dengan jumlah tujuh blok,” ungkapnya.

Tujuh blok yang membawa miniatur atau persembahan yang terbaik untuk Tuhan ini yakni dari Blok Mojotengah, Blok Mojowarno, Blok Mojojejer, Blok Mojowangi, Blok Mojodukuh, Blok Mojoroto, dan Rumah Sakit Kristen (RSK) Mojowarno.

“Dari persembahan nanti akan dilakukan pelelangan di gedung pusat kegiatan. Sekali lagi, melalui kegiatan unduh-unduh ini bisa memotivasi para jemaat agar tidak semplah (tidak patah semangat) dalam menjalankan kehidupan ini. Karena Tuhan akan tetap berkarya dalam keadaan apapun,” tandasnya.

Selain itu, dalam Hari Raya Unduh-unduh ini juga diselingi tarian remo sebagai wujud syukur dan persembahan kepada Tuhan yang divisualisasikan dengan tarian.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait